Gedung PKM, Setengah Hati

Oleh: Widi Hermawan

Mengharap prestasi ormawa, tanpa memberikan dukungan nyata.

         Sesuai namanya, gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) merupakan tempat bagi mahasiswa menjalankan aktivitas terutama yang berkaitan dengan organisasi mahasiswa (ormawa). PKM merupakan fasilitas yang menjadi hak mahasiswa, sementara kampus berkewajiban untuk mengakomodir. Begitu juga di Teknik (FT) UNY, telah ada gedung PKM sebagai pusat organisasi mahasiswa (ormawa) BEM, DPM, HIMA hingga UKMF dalam menjalankan aktivitas sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing.

         Saat ini gedung PKM telah berkembang menjadi tempat multi fungsi bagi mahasiswa, mulai dari mengerjakan tugas kuliah, diskusi, rapat dan mengerjakan proker. Bahwa kini PKM FT merupakan yang ter-ramai aktivitasnya, terutama jam selepas kuliah. Mengingat jadwal kuliah yang padat membuat gedung PKM hanya dapat dioptimalkan fungsinya pada sore menjelangmalam saja, atau Sabtu, Minggu dan hari libur.

         Saat ini saja PKM hanya dibuka mulai jam 07.00 hingga 21.00 saja, atau efektif 3 jam dari jam 18.00 sampai 21.00 selepas jam kuliah. Hal itu saja sudah menjadikan ruang gerak ormawa jadi terbatas. Belum lagi nanti kalau Sabtu-Minggu dilarang beraktivitas, bakal makin susah ormawa berkembang. Pencapaian dalam penyelenggaran proker selama ini dikhawatirkan mandek, ormawa ada disimpang jalan antara hidup dan mati.

         Bagi sebagian mahasiswa mungkin no problem, namun bagi para aktivis PKM hal tersebut jadi masalah. Pasalnya dengan jam kerja yang sangat minim, mereka dituntut birokrasi kampus untuk menjalankan peran dan fungsinya sebaik mungkin, dan berprestasi. Tak jarang mereka sampai beraktivitas di luar kampus pada malam hari demi mengejar target, walaupun tidak ada yang bisa menjamin keselamatan mereka. Jika saya berada di pihak birokrasi kampus, saya akan sangat malu, karena dengan adanya fenomena tersebut berarti saya tidak mampu memberikan fasilitas yang layak untuk mahasiswa.

         Jika alasan pembatasan tersebut adalah demi keamanan, kenapa tidak ditempatkan saja petugas keamanan untuk menjaga PKM? Karena idealnya tempat-tempat seperti gedung PKM ini memang harus memiliki petugas keamanan sendiri. Jika selanjutnya tidak adanya anggaran menjadi alasan birokrasi, mengapa tidak dari awal diusulkan dalam rancangan mata anggaran?

         Mengapa hanya anggaran untuk hura-hura di akhir tahun saja yang diperbanyak? Banyak juga yang menyebut-nyebut kalau birokrasi bersikap tidak adil, pasalnya di tengah pembatasan ruang kerja warga PKM, ada sekelompok atau komunitas mahasiswa yang diberikan kebebasan penuh dalam menjalankan aktivitasnya. Sebut saja tim robot dan tim mobil Garuda UNY yang diberikan ruang kerja hingga 24 jam nonstop. Apakah karena mereka dapat memberikan banyak piala dan mendongkrak akreditasi kampus, maka mereka diperlakukanberbeda? Diberi fasilitas yang lebih? Apakah prestasi itu harus dalam bentuk piala? Bukankah setiap organisasi memiliki ranah kerjanya masing-masing? Hal tersebut tentu saja menimbulkan kecemburuan dalam benak warga PKM, tak heran kalau mereka merasa dianaktirikan.

         Padahal jika melihat realita yang ada, pihak birokrasi kampus kerap meminta bantuan kepada ormawa. Misalnya saja untuk pengiriman delegasi oleh ormawa untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak fakultas. Dari sini dapat dilihat bahwa sebenarnya pihak birokrasi juga masih membutuhkan ormawa. Mengapa birokrasi terkesan hanya mau memanfaatkan ormawa saja? Jika tidak ada ormawa, saya yakin setiap kegiatan fakultas tidak akan berjalan dengan baik.

         Warga PKM disebut-sebut tidak dapat menjaga fasilitas yang diberikan kampus, sehingga mereka menjadi semakin tersudut. Tidak seharusnya pihak birokrasi bersikap semacam itu, tanpa tahu duduk permasalahnnya namun memberikan statement buruk terhadap mahasiswa. Bukankah tidak ada yang abadi di dunia ini? Begitupun fasilitas yang tersedia di PKM, pasti juga akan rusak seiring dengan pemakian. Almari yang dibiarkan saja bisa habis dimakan rayap, apalagi benda lain yang dipakai secara terus-menerus.

         Saya sendiri berharap ke depan gedung PKM akan lebih nyaman dan aman untuk bekerja sehingga setiap ormawa dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Gedung PKM juga harus menyediakan ruang kerja yang cukup, dan tidak setengah hati. Saya juga berharap birokrasi akan lebih bijak dalam mengeluarkan setiap aturan, jangan sampai ada lagi yang merasa dikesampingkan atau dianaktirikan. Karena setiap mahasiswa sejatinya memiliki hak yang sama untuk memanfaatkan fasilitas kampus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *