Talkshow PPG dan SM3T

Rabu (23/11), Himpunan Mahasiswa Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan (Hima BK FIP) UNY menyelenggarakan talkshow yang bertemakan “Kenali SM3T Mekanisme, Seleksi dan Suka Duka Pengabdian dalam Keterbatasan” di Gedung Auditorium UNY. Talkshow ini merupakan acara yang pertama kali memperbincangkan Sarjana Mengajar Terdepan Terluar Tertinggal (SM3T) di UNY dengan empat pembicara, dua di antaranya yaitu Moch. Slamet selaku koordinator SM3T UNY dan Suwarjo selaku dosen pengajar PPG SM3T UNY.

Peserta yang datang mencapai 330 orang dari 9 universitas di Yogyakarta dan sekitarnya. Acara dimulai dari pembukaan, menyanyikan lagu Indonesia Raya oleh peserta dan Mars UNY oleh kelompok paduan suara FIP, sambutan-sambutan, acara inti yang dibagi menjadi dua sesi yakni tanya jawab, dan terakhir penutup. Tujuan dari acara ini adalah mensosialisasikan SM3T, memberikan pengetahuan tentang mekanisme, dan proses seleksi SM3T serta berbagi pengalaman mengajar di daerah 3T.

Pada acara inti di sesi pertama, Moch. Slamet mengatakan peserta SM3T terbanyak adalah UNY dari 36 Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia. Peserta ini diharapakan mampu mengatasi permasalahan di daerah 3T dengan berbagai keterbatasan. Selain itu peserta dituntut mempunyai banyak kemampuan tidak hanya pada bidang spesialisasi pendidikannya. “Peserta SM3T harus handarbeni (merasa ikut memiliki-red) , bisa ini dan itu,” tegasnya. Slamet menjelaskan hal itu dikarenakan pernah terjadi suatu peristiwa heroik yang menuntut peserta SM3T untuk turun tangan membantu proses persalinan salah seorang warga di daerah tersebut.

Proses seleksi SM3T berjenjang mulai dari pengadministrasian, rangkaian tes hingga pra kondisi. Sedangkan persyaratan menjadi peserta SM3T di antaranya adalah lajang, usia tidak boleh lebih dari 27 tahun, IP minimal 3.00, asal LPTK-nya minimal B, surat izin orang tua, dan surat keterangan dokter. Moch. Slamet juga menegaskan untuk permasalahan kesehatan ini sebaiknya peserta berkata jujur sebab melihat risiko yang akan dihadapi nanti. Selain itu program SM3T ini merupakan spesifikasi untuk menjadi PNS, khususnya guru. PNS guru harus sudah mengikuti Program Profesi Guru (PPG) dan syarat PPG adalah sudah SM3T.

Kemudian pada sesi kedua acara talkshow ini membahas terkait PPG. Menurut Suwarjo, guru berperan penting dalam menentukan prestasi peserta didik, karena kepintaran siswa juga dipengaruhi oleh mutu gurunya. Faktor guru ini mendominasi faktor lain setelah karakteristik peserta didik, yaitu 30%. Hal itu lebih besar dibanding faktor lain, yaitu sekolah yang bernilai 7%, rumah 7% dan teman 7%. Membahas terkait mutu seorang guru, menurutnya pengalaman kerja guru juga tidak berpengaruh. Hal itu berdasarkan pada grafik yang dipaparkan tentang tren nilai Uji Kompetensi Guru (UKG) 2015 berdasarkan usia, menggambarkan setelah usia 41-45 tahun nilai UKG terus mengalami penurunan. Sehingga solusi yang tepat bagi penyediaan dan peningkatan guru bermutu di Indonesia adalah melalui PPG SM3T. “PPG SM3T adalah salah satu cara ideal sebagai penyiapan calon guru,” tutup Suwarjo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *