Dari malioboro untuk pembajak keindahan

Oleh : Marlinawati Siadari

Wisata yang tak pernah sepi pengunjung, hampir ratusan orang rela berdesakan sepanjang jalan 2,5 km yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga Titik 0 km. Entah apa yang dicari itu bukanlah permasalahan yang membuat jalur cinderamata ini menjadi sangat terkenal, berulang kali mengalami perubahan dalam segala bentuk perbaikan yang diakui mampu memperindah nuansa yang dilahirkan. Satu persatu fasilitas dihadirkan entah demi apapun itu semua tergantung mereka yang menggunakan, walau sudah sangat diperjelas apa maksud dan tujuan penyediaannya.
Untuk tempat wisata yang tak pernah tidur Jalan Malioboro sudah teratasi oleh fasilitas yang ada, hanya terkadang tindakan munafik dari mereka yang merasa kurang beruntung mengalih fungsikan segalanya. Hingga salah seorang yang mengerti asal usul fasilitas yang adapun angkat bicara bahwa pemerintah sudah sangat berbaik hati hendak memfasilitasi, hanya saja cara pengunjung yang acuh tak acuh dalam merawat dan penyalahgunaan yang tidak bisa dikendalikan.
Hingga lahirnya fasilitas toilet baru pada awal tahun 2018 tepatnya di bulan februari yang letaknya di 0 km jalan malioboro. Pembangunan toilet baru yang bermodalkan dari pajak daerah ini pun dibuka secara gratis untuk para pengunjung malioboro. Yoyo sebagai Kepala Pengurus menjelaskan bahwa akan ada dua toilet baru yang akan menyusul untuk dibangun, meskipun sulit mencari letak strategis dari pihak pemerintah telah menetapkan bahwa toilet berikutnya akan berada didepan Pasar Sore malioboro dan wilayah utara dari 0 km jogjakarta tepatnya diparkiran Abu Bakar Ali. Toilet baru yang hadir secara gratis ini dibuka sejak pukul 10:00 hingga pukul 23:00 dengan penjagaan bergantian dari pukul 09:00 hingga 16:00 dilanjutkan pukul 16:00 hingga 23:00 yang mana pada pukul 11:00 toilet ditutup sementara untuk di bersihkan lalu dibuka kembali pukul 11:45.
Seperti halnya penawaran potongan harga akhir tahun pada pakaian yang mengundang perhatian pelanggan, hal ini juga berlaku pada toilet gratis yang tampilannya bagai toilet yang ada di hotel. Walau hanya berlaku selama tahun 2018 dan akan dibuka secara berbayar di tahun 2019, peminat toilet ini sangatlah tinggi. Pada awal bulan februari tepatnya di tanggal 1 sampai dengan tanggal 10 rata-rata daftar pengunjung toilet 674orang/hari yang menggunakan toilet tersebut. Meski pada akhirnya akan ada pemberlakuan toilet berbayar pada tahun berikutnya, “kenapa harus berbayar, mungkin karena untuk biaya operasional” hal ini disampai oleh Dwi selaku karyawan yang bekerja di Pemda (Pemerintah Daerah) Daerah Istimewa Yogyakarta. Alasan lain yang disampaikan oleh Yoyo adalah untuk memberi gaji pada karyawannya yang bertugas membersihkan dan menjaga toilet, sebab selama ini karyawan digaji menggunakan sumber dana yang didapat dari perusahaan yang bekerja sama dalam pengelolaan toilet.
Dengan alasan untuk biaya operasional, dan upah bagi para karyawan yang bekerja di toilet tersebut, alasan yang selalu dianggap wajar oleh masyarakat umum. Tetapi itulah yang diungkapkan oleh salah satu dari mereka yang bekerja di Pemerintahan Daerah DIY, Dwi sangat tidak setuju bila ada masyarakat yang berangggapan bahwa fasilitas yang diberikan kurang memadai. Adanya toilet baru juga membantu pemerintah mengurangi jumlah pengangguran dengan memberikan lapangan pekerjaan baru. Beliau beranggapan bahwa mereka hanya sebagai penyedia dan masyarakat pengguna yang seharusnya merawat apa yg telah disediakan.

Dalam tahun ini tak hanya toilet yang akan menjadi hadiah bagi jalan malioboro, pembangunan ulang jalan trotoar di malioboro akan memberikan perubahan baru lagi dan tujuan utama pembangunan ulang adalah memfasilitasi para pejalan kaki yang berkunjung di sepanjang jalan malioboro. Meski tujuan pembangunan sudah sangat jelas semua tergantung pada masyarakat yang menggunakan, yang beberapa dari mereka bisa saja mengalihfungsikan apa yang menjadi tujuan utama pembangunan tersebut. Hal ini pernah terjadi pada awal dibukanya toilet baru “Dulu pernah pas awal dibuka beberapa orang memanfaatkan halaman depan, dan tangga yang ada sebagai tempat nonkrong yang pada akhirnya menggangu akses penggunaan toilet. Jadi sekarang dibuat tulisan dilarang nongkrong supaya tidak ada lagi yang nongkrong. Kasian bagi wisatawan yang ingin menggunakan walau mereka hanya duduk nongkrong, tapi pengguna merasa terganggu.” jelas Dwi.
Padahal setelah pembangunan tersebut harapan yang dicantumkan hanya siapa yang menggunakan mampu merawat, karena bagi mereka telah menyediakan merasa kecewa atas salah satu fasilitas yang mereka berikan malah dimanfaatkan untuk kepentingan individu atau golongan tertentu. Tidak hanya hal tersebut yang membuat mereka tertegun, para pegunjung yang merokok dan berakhir untuk membuang sampah puntung rokok sembarangan juga sangat mampu membuat mereka kagum. Dengan jumlah sampah puntung rokok yang diterima oleh jalan malioboro melebihi 1000 puntung perharinya. Jalan malioboro dibagun ulang lagi untuk memperbaiki fungsi utamanya, walau di wilayah malioboro telah ditugaskan orang-orang yang akan membersihkan setiap harinya akan tetapi semua tergantung pada penggunannya lagi. Tak hanya pengunjung tapi semua orang yang datang dan menggunakan fasilitas di sepanjang malioboro “Saya pernah melihat kejadian dimana orang barat yang hendak membuang sampah dan bingung mencari tempat sampah akhirnya dia mengantungi sampah dan membawa pulang, nah orang barat saja bisa menjaga kebersihan Malioboro, mengapa Masyarakat Indonesia sendiri tidak bisa menjaga ?”. Tutur Dwi berharap masyarakat Indonesia yang juga menjadi pengguna fasilitas umum lebih bersikap mencintai negeri ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *