11 Maret 2020, World Health Organization (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi setelah menjangkiti sekitar 119.179 korban yang tersebar di lebih dari 120 negara. Hingga kini (29/03) kasus terkait pandemi Covid-19 telah mencapai angka 593.656 korban dengan 27.215 korban dilaporkan meninggal dunia dan 132.526 orang dinyatakan sembuh di seluruh dunia. Angka penularan ini meningkat pesat empat kali lipat dalam kurun waktu kurang dari tujuh belas hari pasca konfirmasi WHO terkait kasus pandemi tersebut.
Di Indonesia sendiri, pandemi Covid-19 menunjukkan angka penularan yang terus meningkat. Dengan indeks angka kematian tertinggi di Asia Tenggara yang berjumlah 102 orang dari 1.115 kasus yang terdeteksi. Angka ini bisa jadi akan terus meningkat mengingat banyaknya kasus yang tidak terdeteksi di berbagai wilayah di Indonesia.
Mengapa Covid-19 cepat merebak di Indonesia?
Empat minggu lalu, Indonesia masih dilaporkan bebas dari kasus Covid-19 meskipun berada di kawasan Asia Tenggara yang hampir seluruhnya telah terjangkit virus. Atas hal tersebut pula, banyak masyarakat menganggap remeh pandemi ini, bersikap acuh juga abai dikarenakan keterlambatan informasi dan sikap tertutup pemerintah pusat dalam penanganan kasus Covid-19. Pun ketika pemerintah pusat dan daerah telah menganjurkan setiap warganya untuk melakukan social distancing dan self isolation dengan harapan penyebaran kasus pandemi dapat ditekan, tetap saja masih banyak penduduk yang menganggap keadaan tidak seserius yang diberitakan; berkumpul dan bercengkrama masih menjadi pemandangan yang lumrah.
Minimnya sosialisasi awal mengenai penanganan Covid-19 menyebabkan mayoritas masyarakat Indonesia tidak menganggap Covid-19 sebagai penyakit yang berbahaya dikarenakan gejalanya yang lebih menyerupai flu biasa. Hal ini menyebabkan banyak pengidap Covid-19 tidak menyadari mereka terjangkit dan tidak memiliki inisiatif untuk memeriksakan diri. Banyak kasus baru dikonfirmasi ketika pengidap memasuki kondisi gawat dan telah menyebarkannya selama masa inkubasi.
Sorotan lain juga tepat jika kita arahkan pada pemerintah. Sejak awal pandemi ini berlangsung, simpang siur informasi mengenai pasien positif Covid-19 juga banyak menuai komentar publik. Pasalnya, sumber informasi yang berbeda antara pusat dan daerah menimbulkan kebingunan tersendiri bagi publik luas. Lebih dari itu, kurangnya perhatian pemerintah sejak awal dalam memusatkan bantuan pada tenaga medis menyebabkan banyak pasien pengidap terlantar dan meninggal dunia sebelum dapat tertangani.
Pun dengan rumah sakit rujukan, masih banyak pasien yang mengeluhkan ikhwal pelayanan dan juga penyediaan fasilitas pendukung berupa ruangan yang dijadikan tempat isolasi. Banyak dari mereka menuturkan bahwa satu ruangan dapat diisi oleh dua orang atau lebih, sehingga mengharuskan mereka berada dalam satu ruang bersama, yang sangat mungkin meningkatkan penyebaran Covid-19 diantara pasien yang belum terjangkit.
Baca Juga: Benarkah Kuliah Online Menjadi Solusi Saat Pandemik Corona Melanda?
Apa yang membuat Covid-19 menjadi sangat mengerikan?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pandemi diartikan sebagai wabah yang menjangkiti serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas. Wabah Covid-19 telah ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO. Dan dalam sekejap telah menyebar ke seluruh dunia dan menjangkiti ratusan ribu orang dalam kurun waktu tak kurang dari enam bulan sejak pertama kali diumumkan kepada publik.
Severse Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2), sesuai namanya adalah penyakit sindrom akut yang menginfeksi saluran pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan dengan gejala mirip seperti flu. Namun dalam kasus terburuk, virus ini bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middel-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severse Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Di banyak kasus, pengidap penyakit ini hanya menunjukkan gejala flu ringan sehingga sulit dideteksi. Pada tingkat ringan, virus ini tidaklah menyebabkan kematian. Lantas apa sebenarnya yang membuat Covid-19 menjadi momok yang amat mengerikan?
SARS-CoV-2 adalah penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas. Yang membuat Covid-19 menjadi mengerikan adalah kecepatan penyebarannya yang sulit ditanggulangi, dan keberadaannya yang terlampau sulit dideteksi akibat gejala serupa flu biasa. Meskipun Covid-19 dapat ditanggulangi dengan perawatan medis, tetapi jika jumlah korban dalam kondisi berat atau pun ringan melampaui yang dapat ditangani tenaga medis dalam satu daerah, cepat atau lambat rumah sakit akan kehabisan tempat, obat, dan peralatan untuk merawat pasien yang terjangkit. Dan ketika kedaan tersebut terjadi, penyakit akan susah terkendali dan menjadi pandemi yang begitu mengerikan.
Pada akhirnya, korban terjangkit semakin banyak, dan jumlah tenaga maupun peralatan medis terus menipis. Korban tewas akibat penyakit meningkat pesat dan tidak ada yang dapat dilakukan untuk menekan jumlah kematian. Inilah yang sesungguhnya menjadi hal menakutkan dari Covid-19.
Beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam menghadapi Covid-19
Beberapa minggu belakangan, sebagian besar orang sengaja memborong habis kebutuhan medis, baik berupa masker, sarung tangan ataupun vitamin C dan D. Pemahaman yang minim tetap menjadi faktor utama hal tersebut terjadi. Meskipun virus ini dapat menular melalui cairan tubuh manusia seperti lendir hidung dan air liur yang keluar saat seseorang bersin atau batuk, tetap saja bentuk antisipasi Covid-19 yang paling efektif adalah dengan Social distancing dan selalu ingat untuk menjaga kebersihan diri dengan rutin mencuci tangan.
Self isolation juga cukup efektif dalam memperkecil kemungkinan seseorang terpapar virus dengan melakukan kegiatan sehari-hari yang terfokus hanya pada satu wilayah kecil saja dan mengurangi kontak dengan orang luar yang mungkin menjadi carrier dari virus tersebut. Namun, bukan berarti juga tidak dapat melakukan apa-apa selama masa ini. Tubuh harus selalu bergerak dalam rangka menjaga daya tahan tubuh agar sistem imun tidak melemah. Perbanyak pula konsumsi makanan bergizi seimbang dan lebih baik jika dimasak sendiri di rumah. Hal ini bertujuan menjamin kebersihan bahan makanan dan mencegah kemungkinan penyakit lain yang dapat menurunkan daya tahan tubuh.
Langkah pencegahan terakhir yang dapat dilakukan adalah total lockdown. Memang ada banyak perdebatan mengenai tindakan satu ini, tetapi kita dapat melihat betapa lockdown adalah opsi paling efektif dalam rangka mengurangi tingkat penyebaran wabah dalam satu wilayah berskala besar.
Di Indonesia, isu lockdown sudah mulai terdengar di sejumlah wilayah tinggi penyebaran. Lockdown sendiri secara harfiah berarti mengunci, yang dapat diterjemahkan sebagai tindakan darurat atau kondisi saat orang-orang untuk sementara dicegah memasuki atau meninggalkan area yang telah ditentukan selama ancaman bahaya berlangsung.
Terjadi pertentangan dibeberapa lapisan masyarakat terkait isu ini. Lockdown secara langsung akan melumpuhkan setiap kegiatan baik ekonomi atau sosial masyarakat yang berdampak pada terhentinya kegiatan jual beli dan pertemuan penduduk dalam satu wilayah. Satu sisi, dengan penerapan kebijakan lockdown memungkinkan penyebaran virus dapat sedikit ditekan, namun di sisi lain, penerapan kebijakan ini mengharuskan negara (dibaca: pemerintah) untuk mampu menjamin bahan pangan dan kebutuhan lainnya tersedia untuk masyarakat.
Pada akhirnya, kesadaran individu adalah kunci utama memutus rantai virus
Akhirnya, kebijakan apapun yang akan dikeluarkan dan diterapkan pemerintah, namun tanpa ada timbal balik yang sepadan dari warganya, beragam kebijakan tersebut akan tetap sia-sia. Sedikit penutup, semakin sedikit jumlah orang yang terjangkit maka akan begitu meringankan beban tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam menghadapi pandemi ini.
Di lain hal, dengan kesadaran diri untuk terus bersama melawan virus ini, korban terjangkit akan terus menurun, jumlah pasien sembuh akan meningkat dan akhirnya jumlah kasus korban tertular akan menurun secara signifikan, pasien terjangkit akan lebih cepat sembuh. Karantina akan segera disudahi, tatanan ekonomi dan sosial masyarakat dapat diatur kembali.
Dan yang paling penting, kita perlu bekerja sama dalam menghadapi pandemi Covid-19. Saling mendukung satu sama lain dan berhenti memikirkan kepanikan pribadi, berikan perhatian pada orang-orang di sekitar, terutama yang kurang mampu dan kurang pengetahuan akan pandemi yang terjadi. Dukungan penuh harus diberikan kepada tenaga medis baik dari pemerintah maupun masyarakat. Semakin baik kerja sama kita dalam menghadapi permasalahan ini, maka semakin cepat pula keadaan akan membaik.
Penulis: Ada
Editor: Teguh
0 Responses