Lady Bird: Dinamika Kehidupan Siswi SMA Kelas 3

Sumber gambar: AlternativeMoviePoster

Identitas Film

Judul film: Lady Bird

Sutradara: Greta Gerwig

Produser: Scott Rudin, Eli Bush, Evelyn O’Neill

Penulis skenario: Greta Gerwig

Pemeran : Saoirse Ronan, Laurie Metcalf, Tracy Letts, Lucas Hedges, Timothée Chalamet, Beanie Feldstein, Stephen McKinley Henderson, Lois Smith

Tanggal rilis: 1 September 2017

Durasi: 94 menit

Negara: Amerika Serikat

Bahasa: Bahasa Inggris

*

Christine “Lady Bird” McPherson (Saoirse Ronan) seorang siswi SMA Katolik yang beranjak dewasa mulai merasakan kehidupan yang sebenarnya, dimana ia mulai mengalami gonjang ganjing kehidupan akibat dari transisinya dari masa SMA ke perguruan tinggi. Lady Bird mulai mencicipi hal-hal apa yang mayoritas orang dewasa lakukan. Lady Bird merupakan seseorang yang memiliki sifat keras kepala dan memiliki mimpi yang besar, ia akan melakukan apapun demi tercapainya mimpi tersebut. Hal ini terlihat bahwa ia sangat berambisi untuk masuk ke perguruan tinggi di New York yang ia dambakan meski faktor ekonomi, keluarga dan keadaan sekitarnya tidak bagus.

Lady Bird merupakan gadis remaja yang tinggal di Sacramento, California. Keluarganya Berlatar belakang ekonomi yang tidak terlalu mapan tetapi memiliki latar belakang pendidikan yang baik, terbukti karena ayah dan kakaknya merupakan pemilik gelar sarjana matermatika, sedangkan ibunya seorang perawat rumah sakit jiwa.

Cita-cita Lady Bird yang ingin meneruskan kuliah di New York, dengan bayangan hidup dalam hingar bingar kota, dimana semua kebutuhannya bisa tercukupi, ternyata terhalang. Halangan itu adalah Ibunya yang bernama Marion McPherson (Laurie Metcalf.) McPherson sangat mengkhawatirkan keamanan putri tercinta dan biaya yang harus dikeluarkan demi kuliah sang putri. Selain berkonflik dengan keluarga, Lady Bird bermasalah dalam kehidupan sosialnya. Konflik dengan pacarnya Danny (Lucas Hedges) dan sahabatnya Julie (Beanie Feldstein) adalah buktinya.

Seorang Gadis SMA yang Penuh Emosi

Pada awal film akan diperlihatkan dengan kebersamaan seorang ibu dan anak. Tapi siapa sangka ketika awal film sudah ditampilkan gejolak emosi antara keduanya sudah terjadi tetapi adegan tersebut hanya sekilas sehingga penonton akan penasaran dan menerka-nerka seperti apa karakter yang akan bermain dalam film ini kedepannya.

Kemudian gejolak emosi antara ibu dan anak diawal film tersebut diteruskan dengan adegan lainnya, namun perseturuan belum berakhir. Hal serupa kemudian dimunculkan lagi saat Lady Bird tetap mengotot untuk melanjutkan kuliah di New York, padahal sang ibu telah memberi tahu bahwa New York merupakan tempat yang cukup berbahaya, dan ditambah dengan keadaan ekonomi keluarga nya yang tidak stabil. Tetapi ia tetap ngotot dengan kehendaknya dan beralasan dapat mencari beasiswa. Terlihat bahwa emosi seorang Lady Bird sering ditampilkan di berbagai adegan film dan ia mengadu emosinya dengan berbagi tokoh lainnya seperti temannya, ibunya, kakaknya dan kekasihnya. Emosi khas anak muda yang menggebu.

Film (Dewasa) tentang Perjalanan Hidup

Pada beberapa adegan ditampilkan beberapa hal mengandung unsur dewasa yang menurut berbagai kalangan ini adalah hal yang tabu. Misal bagaimana Lady Bird memadu kasih dengan kekasihnya di tempat umum, membuat coretan dengan ejekan yang kurang pantas, merokok, dan melakukan seks pranikah. Hal-hal yang pada era sekarang sudah terjadi.

Beberapa berpikir bahwa hal tersebut lumrah terjadi di film-film Hollywood yang berlatar belakang kehidupan masyarakat negara liberal. Pada film Lady Bird ditampilkan jelas detail-detail bagaimana tahapan – tahapan hal tersebut terjadi, seperti penggunaan alat kontrasepsi sebelum melakukan seks walaupun tidak diperlihatkan secara jelas saat melakukan pemasangan alat tersebut tetapi hal tersebut digambarkan dalam film secara tersirat.

Dibalik unsur unsur film yang menurut beberapa orang tabu, hal itu dapat menjadi gambaran kehidupan remaja saat ini, walau tidak semua remaja melakukan hal itu.

Film Lady Bird dikemas dalam cerita yang ringan dan mudah dipahami. Tidak ada plot twist atau unsur dalam film yang membuat penonton berpikir keras selama menonton. Hal ini dikarenakan alur cerita yang maju dan semua adegan merupakan kejadian yang sering terjadi pada kehidupan nyata. 

Akting yang dilakukan para tokoh sangat natural seperti halnya apa yang Lady Bird perankan. Misal bagaimana ia beradu argumen dengan temannya, Julie, hingga kejadian dari beradu argumen tersebut pecah dan membuat beberapa siswi lainnya mengalihkan pandangan ke keduanya. Hal ini pun sering terjadi pada dunia nyata ketika pandangan seseorang teralihkan oleh hal-hal yang menurutnya aneh dan tidak mengenakkan. Saoirse Roman memerankan Lady Bird dengan sangat menjiwai karakter remaja wanita dengan sifat yang bipolar, emosional, dan mencolok. 

 Peran ibu yang diperanakan oleh Laurie Metcalf sangat epik, hal ini ditampilkan ketika ia berakting sebagai seorang ibu dengan keadaan anaknya yang memiliki emosi tinggi, ditambah ekonomi rumah tangganya memburuk setelah pemecatan suaminya, membuat ia sering menampilkan adegan tegas, marah, emosi yang benar-benar memuncak sehingga membuatnya diam seribu bahasa. Apa yang ditampilkannya persis dengan sifat beberapa orang pada kehidupan sehari-hari.

Dari memainkan peran yang baik tersebut keduanya memperoleh penghargaan. Saoirse Ronan masuk ke dalam nominasi Best Lead Artist di Academy Awards 2018 dan sementara Laurie Metcalf meraih nominasi sebagai Best Supporting Actress. Disamping itu film ini. Budget yang dikeluarkan dalam pembuatan film ini yaitu $1000000 dengan keuntungan $79000000. Ditambah beberapa penghargaan yang diberikan seperti Penghargaan Golden Globe untuk Film Terbaik – Musikal atau Komedi 2017 dan Penghargaan New York Film Critics Circle untuk Aktris Terbaik 2017 membuat film ini banyak menarik perhatian orang.

Secara keseluruhan film Lady Bird ini baik untuk ditonton bagi siapa saja. Bagi anak-anak perlunya dampingan orang dewasa. Film ini sangat pas bagi seorang remaja yang hendak menghadapi kehidupan bangku perguruan tinggi, meninggalkan bangku SMA, atau siapapun yang ingin ikut mempelajari emosi seseorang. Film ini juga sebagai pengingat bahwa seseorang memiliki cita-cita harus didukung dan pembuktian kekuatan kehendak seorang manusia.

Pengulas: Akbar Alfiyan

Penyunting: Airlangga W.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *