Batik Ciprat, Pengrajin Difabel, dan Desa Wisata Pucung

Gambar Motif Ciprat Pelangi (Sumber: batikcipratpucung.com)

Istilah batik tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kerajinan tradisional asli Indonesia ini sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia sejak tahun 2009. Salah satu desa di Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri, menjadi tempat yang masyarakat sekitarnya menekuni kerajinan batik ciprat sejak tahun 2018. Hal yang menarik dari “Batik Ciprat Karya Barokah” di Desa Pucung ini yaitu pada proses pembuatannya yang dikerjakan oleh para penyandang disabilitas.

Awal Mula Batik Ciprat Pucung

Keprihatinan Kepala Desa Pucung akan penyandang disabilitas di Desa Pucung yang minim akses layanan dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat luas melahirkan sebuah inisiatif untuk mengadakan pelatihan membatik bagi para penyandang disabilitas. Pemberdayaan penyandang disabilitas berupa pelatihan membatik yang mulai direalisasikan sejak Agustus 2018. Fokus awal kegiatan tersebut yaitu untuk memproduksi batik ciprat yang dikerjakan oleh warga penyandang disabilitas setempat yang didampingi oleh relawan masyarakat.

“Batik Ciprat Karya Barokah ini mulai berjalan dengan baik sejak tahun 2020 dan hingga saat ini terdapat total sepuluh orang pengrajin disabilitas serta enam orang pendamping,” terang Yoyok Ernowo, ketua SWP (Sheltered Workshop Peduli) Karya Barokah.

Para pengrajin batik ciprat di Desa Pucung memproduksi banyak variasi motif yang menarik, mulai dari motif dengan warna monokrom hingga yang berwarna colorful. Beberapa motif Batik Ciprat Karya Barokah antara lain motif Ciprat-Ciprat Daun, Bintik Sikil Pitik, Bulu Perindu Pelangi, Wonderfull Pelangi, Bintik Kembang Goyang, Kembang Api Ijo Kuning, Tunas Muda Hijau, Bayu Geni, Banyu Langit, Oles-Oles Biru Dongker, Tepung Kutah, Pusaran Angin Pelangi, Bintang Kecil, Bintang Malam, Macan Loreng, Serat Kayu, Ciprat Pelangi, Sebat Pelangi, dan motif-motif menarik lainnya.

Pemesanan produk Batik Ciprat Karya Barokah ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu melalui Direct Message akun Instagram batik_ciprat_pucung, menghubungi nomor Whatsapp yang tertera di laman Instagram tersebut, dan juga melalui website batikcipratpucung.com.

Kini, proses pembuatan batik ciprat dioptimalkan menjadi salah satu atraksi wisata yang dapat dilihat serta dipraktikkan secara langsung oleh para pengunjung Desa Wisata Pucung. Yoyok menyampaikan, pembelajaran pembuatan batik ciprat merupakan salah satu daya tarik sehingga Batik Ciprat Karya Barokah menjadi lebih dikenal oleh masyarakat luas.

Tentang Desa Wisata Pucung

Desa Pucung, Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri mencanangkan diri menjadi desa wisata sejak Bulan Februari tahun 2022 lalu. Acara “Grand Launching Desa Wisata Pucung” diresmikan oleh Bupati Wonogiri, Joko Sutopo yang diwakilkan oleh Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Wonogiri, serta turut dihadiri oleh DPRD Kabupaten Wonogiri, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Wonogiri, Perhutani, Camat Kismantoro, Pokdarwis (Pemandu Wisata dan Kelompok Sadar Wisata Wonogiri), dan Paguyuban Duta Wisata Wonogiri. Acara peresmian tersebut digelar di Pendopo Balai Desa Pucung, Kecamatan Kismantoro dan juga dapat dihadiri oleh masyarakat umum.

Selain menyajikan atraksi wisata batik ciprat oleh penyandang disabilitas, di Desa Wisata Pucung juga menawarkan berbagai destinasi lain yang menarik untuk dicoba seperti wisata edukasi pembuatan sirup jahe, jamu instan 12 varian “Sumber Rejeki”, sabun cuci piring ramah lingkungan “GentLight”, dan pertunjukan kesenian cokek “Puri Laras”, juga atraksi kampung dolanan.

Untuk tarif paket wisata edukasi sendiri, Desa Wisata Pucung menyediakan lima pilihan dengan biaya mulai dari Rp60.000,- hingga Rp125.000,- per orang. Tarif paket wisata tersebut memiliki ketentuan minimal terdiri dari 20 orang per kelompok. Nominal ini terlihat sebanding dengan berbagai edukasi yang akan didapat.

Selain wisata edukasi, juga terdapat wisata alam yaitu bukit Watu Adeg Sky View. Panorama dari atas bukit yang memanjakan mata dapat digunakan sebagai tempat melepas penat. Hijaunya pepohonan yang tumbuh dan langit biru yang cerah tentu akan menjadi perpaduan yang sempurna untuk mengistirahatkan diri sejenak dari hiruk pikuk kehidupan. Pengunjung dapat berfoto dan menikmati udara pedesaan yang sejuk sepuas hati mereka.

“Aku seneng banget bisa berkesempatan main di Desa Pucung. Masyarakat sekitar sana juga ramah banget. Banyak pengalaman dan pelajaran yang aku dapet setelah main ke sana, terutama rasa syukur dan kerja keras. Malu banget kita sebagai orang normal kadang masih suka males-malesan, sedangkan di sana orang-orang difabel yang dalam tanda kutip nggak sesempurna kita bisa kerja keras dan punya semangat tinggi menghasilkan karya. Juga semangat para pejuang UMKM lain seperti sabun cuci piring, jamu instan, maupun sirup jahe,” terang salah satu Duta Wisata Kabupaten Wonogiri, Zulfirhan yang mengutarakan perasaannya setelah berkunjung ke Desa Wisata Pucung dalam acara Grand Launching Februari lalu.

Masih dalam kesempatan wawancara yang sama, Zulfirhan mengaku bahwa sebelumnya ia belum tahu-menahu tentang jamu-jamuan dan kesenian cokek, namun setelah berkunjung ke Desa Pucung ia menjadi sedikit lebih tahu tentang hal tersebut. Selain itu, Zulfirhan juga mengatakan ia paling terkesan dengan pemandangan dari bukit Watu Adeg yang indah dan memanjakan mata.

Hingga saat ini, pembangunan di Desa Pucung masih terus dikembangkan sebagai upaya untuk mengoptimalkan potensi wisata edukasi maupun wisata lainnya, seperti wisata alam, wisata budaya, serta wisata ekonomi kreatif di Kabupaten Wonogiri. Yuk, mampir ke Desa Wisata Edukasi Pucung dan nikmati pengalaman atraksi wisatanya bersama teman-temanmu!

Penulis: Elshinta Adelia Ryzty

Penyunting: Nia Manehat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *