Secara stereotipikal, Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar yang menjadi sasaran empuk bagi calon-calon mahasiswa untuk merantau dan menempuh pendidikan tingkat lanjut. Kampus-kampus di Yogyakarta sudah melewati masa penerimaan mahasiswa baru tahun ini. Dalam menerima mahasiswa baru, lazimnya, perguruan tinggi akan memberi sambutan, yaitu ospek.
Universitas Negeri Yogyakarta sebagai salah satu kampus negeri di Yogyakarta, dalam menyambut mahasiswa-mahasiswa baru, mengadakan PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru) dengan pelaksanaan acara yang dimulai sejak awal bulan Agustus 2022.
Tidak berbeda dengan tahun lalu, pada tahun ini PKKMB UNY kembali dilaksanakan secara online. Namun, menariknya dari konsep PKKMB UNY 2022 adalah dipilihnya tema “Pionir Kebangkitan” sebagai plot dari PKKMB UNY 2022.
Tema ini kemudian menjadi dasar dari tercetusnya istilah-istilah kerajaan yang dipakai untuk menamai tujuh klaster dan gugus-gugus di bawahnya yang berfungsi sebagai pengelompokan bagi mahasiswa-mahasiswa baru.
“Pionir itu bisa dibilang semacam pasukan atau mungkin pemimpin juga, yang menjadi point of view adalah aktor-aktor atau individu-individu yang ada di PKKMB, yaitu mahasiswa baru, yang diharapkan bisa menjadi kebangkitan-kebangkitan,” ucap Semi selaku Koordinator acara PKKMB UNY 2022 memaparkan filosofi dari “Pionir Kebangkitan” sebagai tema dari PKKMB UNY 2022.
Di samping itu, dalam menerima penugasan-penugasan PKKMB, beberapa mahasiswa baru yang kami tanyai pendapatnya perihal penugasan memiliki komplain yang berbeda. Berliana Putri yang merupakan mahasiswa baru UNY dari program studi Pendidikan Teknologi Informasi, mengeluhkan bahwa tenggat waktu pengumpulan tugas sangatlah cepat.
“Jadi nggak sebanding antara tugas yang dikasih sama rentang waktunya yang cuma sehari dua hari. Belum kalo kecampur sama tugas lain kaya softskill dll. Menurut aku, waktunya kurang banget kayak keroyokan gitu,” ungkap Berliana.
Hal ini dikonfirmasi oleh Aldani Naja selaku Ketua Tim Advokasi PKKMB UNY 2022. Ia mengaku bahwa kurangnya koordinasi antarpanitia dalam hal penugasan menjadi faktor utama penyebabnya.
“Kalau (mengenai) penugasan-penugasan, bisa dikatakan, karena mungkin koordinasi antarpenugasan itu kurang, kayak misalnya penugasan itu ada penugasan tingkat universitas, fakultas, jurusan, softskill, tutorial PAI, dan sebagainya, itu banyak yang jadwalnya bertabrakan sehingga akhirnya membebani. Koordinasi antarpanitia (komponen PKKMB) bisa dikatakan kurang. Jadi, jadwal yang bertabrakan kayak softskill dengan penugasan tingkat universitas itu bertabrakan,” ucap Aldani.
Kemudian, ada Reza Akmal, mahasiswa baru dari program studi Teknologi Informasi yang memaparkan pendapatnya mengenai fungsionalitas penugasan PKKMB.
“Menurut saya, lebih baik kita para mahasiswa baru diberi tugas untuk membuat poster tentang dunia program studi kami. Missal, saya dari (prodi) Teknologi Informasi (ditugaskan) membuat poster tentang dunia IT yang berkembang daripada (ditugaskan) membuat poster makanan daerah,” usul Reza.
Dari kedua mahasiswa baru tersebut, keduanya setuju bahwa PKKMB mungkin akan lebih menyenangkan bila dilaksanakan secara offline, mengingat bahwa beberapa kampus negeri di Yogyakarta sudah melaksanakan ospek secara offline.
Dengan segala kelebihan serta kekurangan dari ospek yang dilaksanakan secara online, Aldani selaku Ketua Tim Advokasi PKKMB UNY 2022 mengonfirmasi sudah ada 300 laporan permasalahan atau gangguan teknis yang dialami mahasiswa-mahasiswa baru.
Mengenai PKKMB UNY yang dilaksanakan secara online juga di tahun ini, Ahzami Fadillah Akbar sebagai Wakil Ketua BEM UNY 2022 menceritakan kronologi dari PKKMB UNY yang dilaksanakan secara online.
“Yang menjadi alasan utama kenapa PKKMB dilaksanakan secara online karena awalnya itu menunggu surat keputusan dari kementerian. Akan tetapi, surat (keputusan) kementerian sudah rilis. Ternyata terkait pelaksanaan PKKMB itu dikembalikan ke kampus masing-masing,” jelas Ahzami.
Ahzami menceritakan sambutan tidak menyenangkan dari pihak Penanggungjawab (PJ) PKKMB UNY ketika ia menanyakan kejelasan tentang PKKMB UNY yang dilaksanakan secara online atau offline.
“Nah, itu aku menghubungi beliau untuk memastikan ‘kenapa sih PKKMB masih dilaksanakan secara online’. Sedangkan, kita lihat kegiatan-kegiatan (kemahasiswaan) sudah offline. Karena apa? Kemarin kita sempat audiensi terkait tentang wisuda offline di bulan Agustus kemarin dan alhamdulillah, audiensi tersebut berhasil. Kita sandingkan audiensi wisuda dengan PKKMB secara offline, tapi nomor saya malah diblokir sama beliau (PJ PKKMB UNY). Alhasil, sudah mencoba dan ternyata persiapannya, kalau misal diadakan dalam satu bulan, kan sangat tidak memungkinkan. Ya alhasil kita laksanakan (PKKMB) secara online,” sambung Ahzami.
Sementara itu, angka COVID-19 semakin menurun menuju pada kegiatan perkuliahan yang telah dilaksanakan secara normal. Lalu, apakah PKKMB UNY 2023 akan dilaksanakan secara offline atau lagi-lagi online?
Reporter: Ardelia Amanda