Membaca Langit Merbabu

Sumber gambar: Google Books

Identitas Buku

Judul Buku : Langit Merbabu

Pengarang : Rons Imawan

Penerbit : Penerbit Bentang Belia (PT Bentang Pustaka)

Tebal : 308 Halaman

Tahun Terbit : 2017

ISBN : 978-602-1383-81-0

*

Rons Imawan kembali membuat novel bertemakan alam. Novel ini lahir setelah karya sebelumnya yaitu Truth or Dare, sukses di pasaran. Langit Merbabu, sebuah mahakarya yang hebat dari Rons Imawan yang akan mengajak pembaca ke perenungan yang lebih dalam. Rons Imawan atau yang lebih akrab dikenal dengan sebuah sapaan “Onyol” ini sebelumnya juga sudah menerbitkan berbagai karya yang tak kalah hebat dengan karyanya sekarang.

Novel setebal 308 halaman ini bertemakan tentang percintaan, sebuah tema klasik yang cukup umum ditemui. Akan tetapi jika ditelaah kembali, kisah ini bukan semata-mata tentang romansa belaka. Oleh karena itulah, meski sudah terbit sejak 2017, novel ini tidak akan ketinggalan zaman ketika kita baca lagi sekarang bahkan masih tetap relevan untuk menjadi bahan diskusi.

Buku ini memiliki sampul minimalis bergambar sebuah siluet seorang pendaki, yang apabila dilihat dengan saksama memakai atribut pendakian lengkap seperti kupluk, tas keril, dan juga tongkatnya.

Judul Langit Merbabu ditambah dengan gambar siluet seorang pendaki memberikan bayangan awal bahwa pada novel ini menceritakan sebuah kisah pendakian di gunung Merbabu. Namun, yang menarik dari novel ini adalah Rons Imawan justru “menipu” para pembacanya. Alih-alih mendapatkan sebuah cerita panjang yang seluruhnya terdapat dalam sebuah pendakian gunung Merbabu yang megah, para pembaca tidak akan mendapatkan itu.

Novel ini memberikan tiga bab yang mana setiap bab tersebut memiliki alur ceritanya sendiri-sendiri. Tiga bab dengan tiga cerita dan latar yang berbeda . Bagi para pembaca yang baru melewati bab pertama dan melanjutkan ke bab selanjutnya, mereka akan kebingungan karena alur ceritanya dan kisah di dalamnya memang berbeda. Walaupun begitu, Rons Imawan dapat menjelaskan secara detail setiap ceritanya.

“Langit Merbabu” merupakan judul dari cerita bab pertama. Kemudian dilanjutkan dengan cerita kedua yang berjudul “Sang Imam”. Pada bab terakhir, novel ini ditutup dengan judul “Rest (in peace) Area.”

Hal lain yang terdapat pada setiap bab adalah sentuhan ilustrasi dalam buku. Setiap mengawali bab, diberikan ilustrasi yang memungkinkan para pembaca menebak isi cerita pada bab tersebut. Ilustrasi yang ditampilkan bukan termasuk ilustrasi yang memenuhi sebuah halaman. Namun, sebuah ilustrasi sederhana seperti sebuah sketsa pensil yang menghasilkan sebuah gambar hitam putih.

Pada setiap halaman yang terdapat ilustrasi juga diberikan nukilan kalimat yang merupakan sebuah inti pada cerita yang terdapat dalam bab tersebut. Penggambaran sebuah ilustrasi kejadian yang ada pada setiap cerita tersebut terasa nyata dan bisa mengajak para pembacanya untuk masuk pada dimensi imajiner yang sudah Rons ciptakan.

Para pembaca seolah-olah merasa hidup dan terseret ke dalam cerita tersebut. Potongan ilustrasi yang diberikan itu mampu tergambar secara nyata dalam benak pembaca.

Setelah membaca keseluruhan kisah dalam novel tersebut, para pembaca sebaiknya bersiap akan akrobat emosi yang akan kalian dapatkan. Kalian akan dibuat merasakan rasa sedih, kecewa, penyesalan, dan amarah sekaligus. Bahkan mungkin juga pembaca seolah sedang didongengkan sebuah cerita mistis.

Novel Langit Merbabu ini mengadopsi dari salah satu judul ceritanya. Dalam cerita pertamanya, Rons Imawan menceritakan sebuah penyesalan yang dibalut dengan kisah mistis sebuah pendakian ke Gunung Merbabu. Bagi saya sendiri, kisah tersebut berhasil membawa pembacanya larut dalam rasa sedih yang dirasakan oleh sang tokoh.

Pada cerita kedua kita semua akan merasakan sebuah ketulusan, cinta, kepercayaan, kegigihan, dan juga kesetiaan. Pada cerita kedua ini, kita akan disajikan sebuah plot twist yang tidak kita duga sebelumnya. Bahkan para pembaca bisa saja merasa tidak percaya akan akhir cerita kedua ini.

Lanjut ke cerita ketiga, kita akan disuguhi sebuah kisah yang akan mengajari kita makna dari “tanam dan tuai”. Bahwasanya, segala hal yang kita lakukan akan mendapatkan sebuah ganjaran setelahnya, baik dalam waktu yang lama atau bahkan hanya sekejap mata.

Rons Imawan sudah tidak diragukan lagi kelihaiannya dalam membuat sebuah cerita yang akan berkesan begitu penikmat karyanya menutup halam terakhir buku. Rons memberikan sentuhan bahasa yang sederhana, tetapi tetap mengandung keindahan jika dibaca. Buku ini cukup “ramah” bagi pembaca kalangan usia manapun karena mudah dicerna dan dinikmati setiap kalimatnya.

Selain bahasa yang mudah dipahami oleh segala kalangan, sebuah puisi atau beberapa kalimat pesan yang ada di setiap awal atau akhir cerita dapat dijadikan semacam petuah. Bahkan pada awal novel, Rons Imawan memberikan sebuah puisi yang ditujukan kepada sahabatnya. Meskipun puisi ini pendek dan sederhana, tapi itu mampu membuat pembacanya ikut tersentuh dan merasakan ketulusan yang diberikan Rons Imawan melalui puisinya.

Dari pengalaman membaca saya, novel ini termasuk salah satu yang akan saya sarankan untuk kalian baca. Perpaduan warna dalam kover novel ini juga tidak kalah apik untuk jadi koleksi pengisi rak buku kalian. Dan yang tidak kalah penting dari sebuah kover novel tadi adalah isi, makna, rasa, dan berbagai aspek lain yang membuat karya ini terlihat memiliki ciri khas tersendiri.

Pengulas: Fitria Risma Murti

Penyunting: Airlangga W.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *