Sumber gambar: Pexels
Tak terasa sebentar lagi memasuki tahun ajaran baru. Para mahasiswa yang sudah menyelesaikan Ujian Akhir Semester (UAS) sedikit menghela napas karena liburan akhir semester sudah di depan mata. Di semester depan mungkin tantangan akademik akan lebih menggila dan banyaknya kegiatan perkuliahan yang tiada habisnya.
Salah satu kegiatan yang rutin diadakan oleh Fakultas Teknik yaitu Kunjungan Industri (KI). Semacam kegiatan study tour tapi mengunjungi perusahaan-perusahaan besar, bukan tempat-tempat rekreasional.
Biasanya, KI ini diagendakan di semester tiga dan selama ini kegiatan KI sebatas opsional (tidak wajib). Namun, tahun ini seluruh mahasiswa Fakultas Teknik wajib mengikuti Kunjungan Industri. Konsekuensi yang didapat jika tidak mengikuti KI tersebut adalah tidak mendapatkan sertifikat mengikuti kegiatan KI.
Hal menarik yang disoroti dari rencana Kunjungan Industri ini adalah di setiap departemen pelaksanaannya berbeda-beda waktunya. Di departemen saya, Departemen Pendidikan Teknik Elektronika dan Informatika (DPTEI), pelaksanaan KI berlangsung tanggal 4—7 September 2023 mendatang.
Perusahaan yang nantinya akan didatangi yaitu, Samsung Electronics, Transmedia Corpora, Tokopedia, dan Telkom Bandung. Namun bisa juga berubah karena belum adanya kepastian dari pihak perusahaan itu sendiri.
Hal tersebut menimbulkan reaksi dari berbagai mahasiswa. Ada yang protes dengan tenggat waktu pembayaran, ada juga yang diam pasrah saja. Pertengahan tahun semacam ini memang jadi momentum menguras dompet bagi mahasiswa.
Bayar uang kos plus melunasi UKT semester anyar jadi beban yang memenuhi kepala kami. Kami tahu Kunjungan Industri ini sangat penting diadakan, namun juga dengan tenggat yang hampir bersamaan membuat sebagian pihak keberatan.
Yang dipermasalahkan di sini sebenarnya masalah nominal yang besar bagi sebagian pihak, dan tenggat waktu yang diberikan terlalu cepat. Hal ini dinilai memberatkan bagi beberapa mahasiswa.
Bagaimana tidak, tenggat pembayaran biaya mengikuti KI sebesar 800 ribu rupiah, paling lambat tanggal 30 Agustus 2023 harus sudah lunas. Jika dihitung per tanggal ini (28/6) kami diberi waktu dua bulan untuk membayar KI.
Nominal tersebut mungkin setara dengan uang makan bulanan mahasiswa, bahkan juga mencakup uang bensin. Bulan-bulan ini benar-benar mencekik.
Dan tiba-tiba pihak Hima siang tadi meminta sebagian mahasiswa yang mau nyicil atau bayar lunas untuk melakukan pembayaran pertama di bulan ini. Uang ini nantinya akan disetorkan ke pihak agen dan yang membuat kaget adalah tenggat waktu pembayaran uang muka terakhir tanggal 30 Juni.
Kenapa kok nggak dari awal bilang harus bayar uang muka dulu bulan ini? Uang muka ini mungkin “cuma” seratus ribu, tapi tentu tidak semua orang memiliki kemampuan ekonomi yang serupa.
Dengan tenggat hanya tiga hari, apakah kami harus berhutang kepada orang lain untuk membayar persekot tersebut?
Kurangnya transparansi dari pihak Hima dengan mahasiswa juga memicu adanya protes yang dilontarkan. Sebenarnya, pada Selasa (20/6), pihak Hima mengadakan telekonferensi untuk menjelaskan tentang kegiatan Kunjungan Industri ini.
Dari telekonferensi tersebut dijelaskan kenapa KI diadakan di awal September. Itu karena berkaca di KI tahun kemarin-kemarin, jika mepet di akhir tahun, belum tentu perusahaan mau menerima.
Menjelaskan juga terkait deadline pembayaran KI yang sudah bisa mulai dicicil mulai hari ini. Jika dibandingkan dengan KI sebelumnya yang tujuannya sama biaya tersebut jauh lebih murah (biaya KI tahun 2022 senilai 1,2 juta rupiah).
Pihak Hima menjelaskan bahwa mereka bisa membantu untuk menalangi membayar KI kepada mahasiswa yang mengalami kesulitan finansial. Namun, dengan catatan tidak bisa menutupi semuanya.
Untuk mekanisme penalangan uang KI yaitu menyertakan data berupa besaran uang saku, biaya kos, dan UKT dengan mengirimkan ke panitia KI yang sudah tertera. Namun, tetap saja, sebagian mahasiswa meminta untuk pengunduran agenda KI agar bisa punya waktu lebih untuk menabung.
Pihak Hima berusaha untuk bernegosiasi dengan pihak dosen dan pihak agen. Namun, hingga tulisan ini terbit, belum juga ada jawaban pasti.
Huru-hara pelaksanaan KI ini tidak berhenti pada poin tenggat pembayaran yang mepet. Namun, juga perihal pemilihan tempat kunjungan.
Destinasi Kunjungan Industri sudah diketok pada tujuan Jakarta-Bandung. Namun, sebelum keputusan tersebut, sempat dilakukan voting melalui Google Forms tentang pemilihan tempat kunjungan. Voting tersebut memutuskan hasil suara terbanyak menginginkan Kunjungan Industri dengan tujuan Jawa Timur-Bali.
Terkait hal ini, pihak Himanika (Himpunan Mahasiswa Teknik Elektronika dan Informatika) UNY menjelaskan bahwa itu murni dari awal kesalahan mereka karena tidak berkoordinasi terlebih dahulu dengan dosen pembimbing. Walhasil, Jakarta-Bandung terpilih dengan pertimbangan ada lebih banyak perusahaan yang bergerak di bidang elektronika dan informatika di sana daripada di Jawa Timur-Bali.
Biar bagaimanapun, pengurus Hima juga adalah mahasiswa departemen itu sendiri. Tentunya, telah memikirkan matang nasib kawan-kawannya. Mengerti akan apa langkah yang tepat guna memecahkan permasalahan ini.
Memang, akan selalu berkejaran dengan waktu. Semakin lama urusan ini jelas solusinya, semakin gagap pula persiapan agenda KI nantinya. Dan semakin cepat ditemukan solusinya maka akan semakin jelas nasib kami.
Well, pada akhirnya, kami hanya bisa mengikuti apa yang sudah menjadi sebuah keniscayaan. Ketika suatu kegiatan sudah diwajibkan, mau tidak mau, ia akan mengikat siapa saja yang bersangkutan. Begitu pun dengan Kunjungan Industri.
Saya hanya bisa berharap, jika benar Kunjungan Industri adalah agenda wajib mahasiswa FT, mudah-mudahan terlaksana sebagaimana mestinya. Setiap mahasiswa bisa ikut dengan segala pertimbangan dan pengertian atas kesanggupan individu, baik secara fisik maupun finansial.
Penulis: Wahyu Riyani Efraim
Penyunting: Elshinta Ryzty