Re: dan peRempuan: Kehidupan Perempuan yang Sarat Seloka Luka 

Sumber gambar: Goodreads.com

Judul Buku: Re: dan peRempuan 

Pengarang: Maman Suherman 

Penerbit: KPG 

Tebal: 330 Halaman

Cetakan: Kesebelas, Juli 2023 

*

“Rasa asin, kecut penderitaan yang kita alami itu sangat bergantung dari besarnya hati yang menampungnya”

Perjalanan hidup pasti selalu ditemani dengan sebuah penderitaan. Semua orang di dunia ini pasti memiliki masalah. Semua punya penderitaan. Seperti yang dialami seorang tokoh dalam novel berjudul, “Re: dan peRempuan” karya Maman Suherman. Rasa asin, kecut, bahkan pahit bercampur menjadi satu. Kehidupan yang dijalaninya penuh dengan penderitaan. Tetapi sebesar apapun penderitaan yang dialaminya, tak kalah besar hati yang menampungnya. 

Buku Re: dan peRempuan merupakan dua judul yang terpisah tetapi digabungkan dalam satu buku. Re: adalah buku pertama dan buku sekuelnya, peRempuan. Terdapat dua tokoh utama yang diceritakan, yaitu Re: dan Melur. Cerita ini berangkat dari pengalaman sang penulis sendiri, ketika melakukan penelitian untuk skripsinya. Penelitian tersebut malah membuatnya masuk lebih dalam menelusuri gelapnya dunia prostitusi. 

Pada bab pertama dikisahkan tokoh yang kerap disapa Re:, sosok perempuan yang bekerja sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial). Lebih tepatnya ia bekerja menjadi PSK Lesbian. Itu pun bukan karena keinginannya, ia dipaksa. 

Penderitaan sudah Re: alami sejak lahir, dia tidak pernah tau siapa ayahnya. Di umurnya yang baru menginjak usia 10 tahun, dia juga harus kehilangan ibu yang menyayanginya. Sejak saat itu, tenang tak pernah dirasakannya. Re: hidup hanya bersama sang nenek yang membencinya. Hal yang tak pernah didapatkannya ketika dirumah, ia coba cari saat berada di sekolah. Mencoba berbagai hal, hingga Re: melakukan kesalahan yang membuat hidupnya makin rumit. 

Bingung dan takut dirasakannya, ketika mengetahui kehamilannya di luar pernikahan. Sebelum diketahui sang nenek, ia memilih meninggalkan rumah. Membawa semua uang yang dimiliki neneknya dan melarikan diri ke Jakarta. 

Ketika uang yang dimiliki Re: makin menipis, takdir membawanya bertemu dengan Mami Lani. Sosok yang dianggapnya sebagai malaikat penolong. Mami Lani mencukupi kebutuhan Re: dan bayinya, memberi tempat tinggal dan perlindungan. Namun, kebaikan tersebut tak datang tanpa imbalan. Diam-diam Mami Lani mencatat semua kebutuhan Re: sebagai hutang yang harus dilunasinya. 

Setelah mendapat berbagai ancaman untuk melunasi hutang, Re: terpaksa bekerja sebagai anak buah Mami Lani. Profesinya yang menjadi pelacur lesbian tidak mudah. Re: harus menghadapi situasi yang mengerikan saat melayani pelanggannya. Setiap hari, ia selalu dipenuhi oleh ketakutan. 

Pelanggan datang dan pergi bersilih ganti, mulai dari orang biasa hingga pejabat, artis, hingga desainer terkenal yang nama dan wajahnya sering terpampang di berbagai media. 

Banyak hal pun telah Re: lalui dengan besar hati. Hingga, akhirnya Re: telah melunasi semua hutang beserta bunganya pada Mami Lani. Merasa cukup lelah dengan pekerjaan yang telah dilakoni selama ini, Re: berniat mengundurkan diri. Ia berpamitan dengan Mami Lani, sekaligus mengutarakan keinginannya untuk pulang ke kampung halaman. Re: ingin membuka salon kecantikan disana. 

Tetapi, takdir tak mengizinkannya mendapat akhir cerita yang manis. Seperti belum cukup semua penderitaan yang dialaminya, Re: harus menjemput ajalnya. Kisahnya diakhiri dengan kematian yang tragis.

Sementara, bab peRempuan akan menceritakan kehidupan setelah kematian Re:. Melur yang merupakan semata wayang Re:, menjadi tokoh utamanya. 

Pada usia Melur yang belum genap 4 bulan, Re: menitipkannya kepada pasangan yang telah menikah puluhan tahun tetapi belum dikarunia anak, Ibu Marlina dan Pak Sutadi. Biarpun begitu, Re: tidak melepas tanggung jawab seorang ibu. Setiap bulan, ia selalu mengirimkan uang untuk kebutuhan hidup Melur. 

Melur tumbuh menjadi gadis yang cerdas, ia menjadi lulusan sarjana dari salah satu universitas terbaik negeri ini, Universitas Indonesia. Bahkan, Melur mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Hitotsubashi, Jepang. Disana Melur berhasil meraih gelar PhD di bidang ekonomi. 

Dua puluh enam tahun semenjak kematian Re: pun berlalu. Rahasia yang telah lama tersimpan dengan rapi, perlahan terungkap. Setelah mengetahui bahwa Ibu Marlina yang telah membesarkannya selama ini tak bisa mengandung, Melur ingin mengetahui siapa ibu kandungnya. Ia pun terus mendesak Bu Marlina. Keingintahuan Melur akhirnya jelas terungkap. 

Mengetahui Re: adalah ibu kandungnya, diam-diam Melur menyelidiki semua hal tentang Re:. Ia menemui orang-orang yang mengenal Re: semasa hidupnya. Mencari tahu apa pekerjaannya, bagaimana kehidupannya, hingga alasan mengapa seorang ibu menitipkan anaknya pada orang lain. 

Melur bahkan mengetahui kematian tragis yang dialami oleh Re:. 

Pada bab peRempuan ini juga dibahas mengenai fakta bahwa banyak anak muda saat ini juga masuk ke dunia prostitusi. Bahkan dengan kecanggihan teknologi yang ada di masa kini, membuat transaksinya semakin mudah. Hanya karena ingin memenuhi gaya hidup dan dipandang secara materi, mereka rela menjual tubuhnya sendiri. 

Buku ini secara gamblang menceritakan kejadian yang sebenarnya bagi pembaca, meskipun disajikan dalam bentuk novel. Penulis yang merupakan lulusan jurusan kriminologi, berhasil menyajikan cerita apik yang juga menuangkan kritik sosial dalam bukunya.  Pembahasan yang vulgar dan isu sensitif tersebut membuat buku Re: dan peRempuan ini diberi label 18+. Walaupun begitu, topik terkait agama dan esensi kehidupan juga dihadirkan, ini dapat menambah insight bagi para pembaca. 

Bukan hanya itu, banyak puisi yang dicantumkan di dalamnya membuat nyaman para pembaca. Buku Re dan peRempuan ini seperti tidak membiarkan saya lari untuk tidak membaca setiap halaman yang disuguhkan. Berbagai tragedi yang terjadi digambarkan secara nyata dan membuat pembaca seperti masuk ke dalamnya.

Setiap puncak plot yang dituliskan, sukses membangun emosi yang membuat saya harus menguras air mata dan tertegun. Bagian yang membuat saya sangat tersentuh adalah hari pertama dimana Melur bersekolah. Kala itu, Re: datang tetapi tidak mau menemui Melur. Ia hanya memandangi Melur dari kejauhan dan meminta Maman untuk menemui dan memeluk Melur untuknya. “Jangan sampai di tubuhnya melekat keringat pelacur. Peluk dia untukku,” kata-kata yang keluar dari mulut Re: tersebut sangat mengiris hati saya. 

Tetapi, akhir dari cerita ini masih memunculkan berbagai tanya dalam benak saya sebagai pembaca. 

Siapa sebenarnya dalang dibalik kematian Re:? Lantas jika Melur mengetahui kebenaran itu, apa yang akan dilakukannya? Tidakkah hal tersebut hanya akan memicu Melur untuk membalas dendam? 

Pengulas: Viola Anindya Nirwasita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *