Tempecadabra: Festival Kuliner Tempe Dari dan Oleh Anak Muda

Sumber gambar : Dokumentasi penulis

Siapa yang tidak mengenal tempe? Semua orang pasti tahu bahan makanan tradisional satu ini. Tempe merupakan bahan makanan yang terbuat dari kacang kedelai melalui proses fermentasi. Tempe merupakan bahan makanan khas dari Indonesia. Meskipun tempe berasal dari Indonesia, bukan orang Indonesia saja yang mengonsumsinya. Tempe sudah banyak dikonsunsumsi oleh masyarakat di berbagai negara. Bahkan tempe ini telah menjadi kudapan di 27 negara.

Tempe adalah bahan makanan yang kaya protein. Selain itu, tempe juga mengandung serat, kalsium, dan zat besi, sehingga baik untuk kesehatan pencernaan dan tulang. Tempe semakin digemari karena juga memiiki sifat yang ramah lingkungan dan cocok untuk kalangan vegetarian dan vegan seluruh dunia.

Bahkan, pada akhir Maret 2024 lalu, tempe telah diajukan secara resmi melalui Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) ke Sekretariat UNESCO untuk masuk dalam kategori “Daftar Representatif Warisan Budaya Tak benda” untuk kemanusiaan. Langkah ini diharapkan agar tempe bisa semakin mendunia.

Usaha dari melestarikan tempe ini juga bisa dilakukan oleh generasi muda. Juga sebagai upaya meningkatkan konsumsi Masyarakat, khususnya kita kaum Gen Z. Dengan meningkatkan konsumsi masyarakat untuk tempe, kita juga bisa membantu mengembangkan ekonomi UMKM.

Tempe memang banyak menarik perhatian karena kekayaan protein nabati dan nutrisinya maka perlu adanya usaha untuk pelestarian. Ada banyak sekali cara untuk tetap melestarikan bahan pangan satu ini. Kita bisa melakukan banyak inovasi hanya dengan satu bahan utama saja. Seperti yang dilakukan oleh para mahasiswa program studi Pendidikan Tata Boga Fakultas Teknik UNY yang menggelar festival tempe pada Sabtu (8/6).

Festival yang dimulai ketika cuaca sedang panas-panasnya ini bertajuk “Tempe For Gen Z: Tempecadabra”. Pada pukul 13.00 WIB, area garden Lantai 1 Sleman City Hall sudah ada banyak orang yang mulai berdatangan untuk ikut serta dalam acara ini. Tempatnya dihias sedemikian rupa dengan konsep magical yang menyihir para pengunjung enggan beranjak dari festival.

Rangkaian acaranya diawali dengan sambutan-sambutan dan peresmian pembukaan dengan pemotongan pita oleh Ketua Departemen Pendidikan Teknik Boga dan Busana, Ichda Chayati. Beliau mengatakan festival ini merupakan dari keragaman produk inovasi pangan tradisional yang dijadikan makanan yang bervariasi dan lebih sehat. “Gen Z mempunyai selera makan masa kini dipertemukan dengan tempe yang mewakili selera tradisional,” katanya.

Selain itu, Ketua Panitia Festival, Julianti Salma mengatakan bahwa melalui festival ini tidak hanya perihal memilih makanan tetapi juga tentang mengambil langkah nyata untuk membangun kesehatan diri, merawat lingkungan dan menciptakan masa depan yang lebih baik. Tema ini tidak sekedar memperkuat nilai tempe sebagai makanan namun juga menjadi inspirasi agen perubahan dalam dunia kuliner yang lebih sehat.

suasana stand-stand inovasi produk yang dipenuhi pengunjung.

Dalam festival ini ada banyak sekali stand yang memamerkan seratus lebih produk inovasi dari tempe. Hanya dengan tiket masuk seharga lima belas ribu rupiah saja, kita juga bisa turut mencicipi lima produk inovasinya. Ketika melakukan registrasi tiket, kita akan mendapat lima kupon dan suvenir. Nah, dengan kupon tersebut, kita bisa menukarnya dengan produk inovasi tempe yang kita inginkan.

Lalu saat penukaran kita akan diberikan dua macam jenis di tiap stand-nya. Satu adalah produk makanan pada umumnya dan satu lagi adalah produk inovasi berbahan dasar tempe. Selain itu, kita juga diminta untuk mengisi borang penilaian untuk setiap satu jenis produk yang kita ambil. Setelah selesai, formulir tersebut akan kita kumpulkan pada kotak yang telah tersedia.

Antusiasme sangat terasa dari para pengunjung dalam pameran ini. Setiap kali kita berjalan mengunjungi stand, kita tak akan mudah berhenti dan terkesima melihat produk-produk yang dipamerkan.

Kebanyakan orang pasti hanya akan berpikir, bahwa tempe hanya bisa dijadikan sajian gurih atau asin saja. Nyatanya tidak dalam pameran ini. Keunikan pamerannya adalah produk yang ditampilkan bukan hanya makanan dengan cita rasa gurih ataupun asin, melainkan banyak makanan manis dari olahan tempe ini.

Beberapa produk yang mencuri perhatian saya ketika berkeliling adalah moci, kukis, keik, dan dawet dibuat dengan bahan utama tempe. Coba bayangkan saja dulu bagaimana rasanya. Apakah kalian akan berpikir aneh, tidak enak, dan hal-hal negatif lainnya? Nyatanya tidak. Jika kita bandingkan dengan makanan pada umumnya memang berbeda, ada sedikit tambahan rasa tempe di dalamnya. Tetapi bukan berarti produk-produk tersebut tidak lezat saat disantap.

Sambil berkeliling, saya mencoba mengajak berbincang seorang pengunjung yang ikut menikmati acara. Reni (20) merasa tak menyesal dan malah sangat senang saat mengelilingi pameran produk inovasi ini. Menurutnya festival ini membuka mata orang-orang yang awalnya hanya mengenal tempe yang diolah menjadi makanan yang itu-itu saja, ternyata bisa diinovasikan menjadi produk yang sangat menarik.

Reni juga mengekspresikan betapa bersemangatnya ia mengetahui salah satu produk inovasi di festival adalah dawet dari tempe. Ia rela antre lama demi menukarkan kuponnya untuk dawet tempe tersebut.

“Unik aja gitu, ada dawet dari tempe dan menariknya topping-nya pun keripik tempe,” ungkapnya antusias. “Sebagai anak boga juga, aku jadi belajar dan nambah ilmu buat referensi inovasi produk boga. Dan kayaknya buat yang bukan anak boga juga pasti merasakan kalau festival ini juga bisa buat mereka belajar.”

Ramainya pengunjung yang menikmati suguhan panggung dalam festival.

Merasa sudah cukup berkeliling di berbagai stand dan kupon di tangan sudah habis ditukar, saya memilih untuk duduk menikmati penampilan dari panggung yang telah disediakaan. Rupanya acara ini tidak membuat pengunjungnya mati kebosanan sesaat setelah lama berkeliling menyaksikan pameran kuliner. Ada banyak kursi disediakan untuk menonton bermacam penampilan seperti live cooking, gelar wicara seputar boga, pembagian doorprize, hingga pertunjukan musik dan tarian.

Di depan disediakan pula photobooth untuk para pengunjung. Sangat pas untuk mengabadikan momen bersama. Kerena banyak yang tertarik, antrian untuk photobooth ini panjang pula. Harus berdiri cukup lama untuk kita bisa ikut bergantian berfoto di sana.

Keseruan festival ini masih terus berlanjut hingga menjelang sore, keramaian pengunjung mulai perlahan surut. Namun, acara masih terus berlangsung sampai pukul sembilan malam.

Selepas kegiatan ini, kita bisa sama-sama belajar mengenai pentingnya memperhatikan kandungan gizi dan nutrisi pada tiap hidangan agar terhindar dari berbagai bahaya penyakit. Dalam menikmati hidangan fusion food,kita juga perlu mengetahui apa saja kandungan gizi dan nutrisi, juga kebijaksanaan dalam memilih jenis makanan dan jumlah yang dikonsumsi.

Festival ini juga mengenalkan kita bahwa makanan yang sehat dan sangat dekat dengan kita seperti tempe bisa diolah dengan berbagai teknik dan inovasi olahan yang menarik. Tempe bukan lagi jadi menu makanan monoton yang hanya bisa digoreng atau dibacem. Tempe bisa disulap menjadi aneka macam olahan menu dan kudapan yang tidak hanya unik, tapi juga lezat dan mengenyangkan.

Penulis: Viola Anindya Nirwasita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *