Sumpah Pemuda Atau Sampah Pemuda?

“Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda merupakan peristiwa yang mengawali pergerakan pemuda dalam kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini merupakan kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Pemuda mencetuskan ikrar tersebut bukan tanpa sebab tetapi dengan adanya keinginan bersama yang terbungkus dalam rasa senasib sepenanggungan sebagai satu bangsa, tanah air, dan bahasa sehingga menjadi komitmen bersama. Dengan semangat sumpah pemuda, pergerakan pemuda sebagai tulang punggung perjuangan bangsa telah menorehkan catatan emas bagi bangsa ini yang salah satunya ditandai dengan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Pada era pasca reformasi ini semangat sumpah pemuda justru mencapai antiklimaksnya, hal tersebut tercermin dari kemerosotan moral, lunturnya rasa persatuan, dan nasionalisme para pemuda yang sangat memprihatinkan. Pemuda Indonesia mulai melupakan arti penting dari sumpah pemuda akibat dari pengaruh perkembangan teknologi saat ini yang lebih mementingkan gaya hidup hedonisme. Pemuda sekarang lebih menonjolkan kepentingan pribadi ataupun kelompoknya yang menjadikan nasionalisme seakan tak berarti lagi. Banyak terjadi permasalahan-permasalahan sosial, contohnya dengan adanya tawuran, pertikaian antar kelompok dan lain-lain. Menurut Prasetyo Wibowo, mahasiswa Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, sekedar mengenal hari sumpah pemuda berarti mahasiswa sudah mempunyai konsep. Mereka paling tidak sudah sadar dan ingat dengan menge-share di twitter atau facebook. “Itu sudah bagus, diharapkan pemuda harus punya semangat menggerakkan gerakan sosialisme. Dengan kegiatan real kita harus turun ke lapangan untuk melunasi janji kemerdekaan. Ketika janji itu dihantam dengan beberapa kasus seperti tawuran dan sebagainya, itu yang nggak habis pikir,” katanya.

Pergerakan pemuda yang saat ini diwujudkan dalam organisasi mahasiswa sudah sepatutnya mampu menumbuhkan kembali arti sumpah pemuda. Sebagaimana peran mahasiswa sebagai agent of change, iron stock, dan kontrol sosial tentunya diharapkan sesuai dengan arti sumpah pemuda yang mampu menumbuhkan kembali arti sumpah pemuda. Momentum tersebut seharusnya merupakan motivasi bagi mahasiswa Indonesia umumnya dan mahasiswa FT UNY khususnya agar peran mahasiswa benar-benar dijalankan agar tercapai cita-cita bangsa Indonesia. Prasetyo Wibowo juga menambahkan, hal tersebut dapat dilakukan dengan keikutsertaan dalam organisasi menjadi tujuan yang real. Terjun ke lapangan dengan aktualisasi mengkaji tentang sosial-nasionalisme. Dan tentunya mengaktifkan kembali fungsi mahasiswa sebagai agen kontol terhadap kebijakan birokrasi.

Namun demikian, ada yang menyatakan bahwa sumpah pemuda hanyalah sebuah wacana di tulisan. Di kampus UNY, menurut Ferry Pradana Kurniawan, mahasiswa jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, iklim mahasiswanya cenderung iklim akademik. Mereka melupakan tugasnya sebagai pemuda. Terlihat dari gregetnya yang tidak terlihat. “adakan kegiatan yang nyata, seperti renungan bagaimana bangsa ini,” jelasnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Rahmad Maulana, Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, yang mengatakan aktualisasi terhadap sumpah pemuda pada saat ini belum nampak. Belum ada wujud realisasinya. Contoh kecilnya saja, pemuda saat ini masih belum bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, justru malah mencampur adukannya dengan bahasa-bahasa lain. “Katanya menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Dari mana katanya bersatu? Malah tawuran antar pelajar dan mahasiswa adanya,” ujarnya.

Dalam memperingati hari Sumpah Pemuda ke-86 di FT UNY, Qodria Nugrah Maharliarga selaku ketua DPM FT UNY menyatakan secara ideal ketika kita mengaku berbangsa satu, bertanah air satu, berbahasa satu maka kita tetap mencermati itu mesti sudah perkembangan zaman, contohnya zaman dulu orang mengikrarkan sumpah pemuda, tetapi kita harus mencoba untuk menyesuaikan dengan keadaan, dulu sama-sama berjuang karena masih dalam keadaan saat dijajah, namun sekarang semua pemuda niatkan bahwa mempunyai cita-cita yang satu, demi menaikkan harkat, martabat, dan derajat bangsa Indonesia. Kita selaku mahasiswa yang kuliah tinggi namun dengan mudahnya menengadahkan tangan hanya minta uang, kita harusnya melakukan perubahan, kemampuan dapat digunakan orang lain, sisi kita sebagai individu dan sosialis.”Kenapa kita tidak berusaha menjadi wirausaha, negara maju minimal 8% pemudanya menjadi wirausaha” papar Arga. Organisai Mahasiswa (ormawa) pun harus melakukan action yang lebih dengan karya-karyanya. Jadi intinya lakukan yang terbaik untuk negara ini tidak harus sebagai orang yang sesuai profesi tetapi sebagai orang yang berguna bagi orang lain dan mengangkat harkat dan martabat bangsa.

Sementara itu Sigit Purnomo selaku ketua UKMF KMM menyatakan sejarah sumpah pemuda itu merupakan momentum seluruh pemuda di Indonesia relevansi bagi ormawa FT UNY yakni kita memiliki rasa ukhuwah bukan apatis, saling tolong menolong, bekerjasama, harus sinergis, harus dibanyakkan agenda bersama. ”Degradasi moral, berfoya-foya, atau kegiatan yang kurang bermanfaat dihindari, sehingga pada nantinya akan ada contoh-contoh pemuda yang baik” sambut beliau. Cerminan sumpah pemuda di ormawa FT lebih pada kerja keras selaku mahasiswa FT, semangat gotong royong. Semua kegiatan di FT harus didukung dari semua ormawa di dalamnya.

Relevansi Sumpah Pemuda zaman sekarang yang tidak dipungkiri dari semangat memang dulu berbeda, bagaimana cara kamu mencintai Indonesia? Yaitu dengan cara suara-suara kita. Setiap orang pasti memiliki cara yang berbeda-beda dan zaman yang berbeda namun dengan perbedaan itulah pemuda harus bersatu. Tergantung kita mau berdiam diri atau bergerak. Esensi sumpah pemuda harus ada. Dampak sumpah pemuda sangat kita rasakan saatnya kita berkontribusi bagi bangsa ini. Jika dilihat program kerja (broker) ormawa itu terlihat monoton. Seharusnya proker-proker tersebut juga menunjang persatuan dan kesatuan antar mahasiswa. Tidak hanya satu ormawa tapi merangkul banyak ormawa.

Dalam menanggapi hakikat sumpah pemuda, Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, Drs. Agus Santoso, M.Pd. menjelaskan jika mahasiswa itu harus bersatu. “Pendahulu kita dulu berkumpul untuk menyatukan visi dan misi memerdekakan negara ini, sudah seharusnya sebagai mahasiswa melanjutkan perjuangan pemuda tempo dulu. Sebenarnya atmosfer sumpah pemuda luntur karena di era ini kurang adanya kegiatan-kegiatan nasionalisme. Saat jaman orde baru masih bagus. Implementasinya, kita bisa melakukan kegiatan seni budaya atau keolahragaan yang dapat mempersatukan pemuda. Apalagi dengan era global dengan fasilitas yang semakin canggih, kadang-kadang mereka bersosialisasi ke masyarakat pun juga kurang, dari sanalah lunturnya sumpah pemuda,” jelasnya. Dengan adanya momentum sumpah pemuda, ormawa FT UNY tidak bisa sendiri-sendiri. Namun bersatu, bersama-sama memaknai dan menjalankan setiap kegiatan sesuai dengan makna sumpah pemuda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *