Pembenahan Media dan Pola Advokasi Jadi Bahasan Utama Mukernas PPMI

Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) ke-XI Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) telah selesai dilaksanakan pada Sabtu (22/4). Seperti tahun sebelumnya, pengembangan media digital masih menjadi salah satu bahasan utama, alasannya tidak lain untuk mengikuti perkembangan zaman yang semakin terdigitalisasi. Pengoptimalan media daring persma.org menjadi menjadi bahasan yang diprioritaskan demi menjadikannya wadah pembangunan wacana publik. Selain itu, optimalisasi penggunaan media sosial juga akan ditingkatkan untuk mendukung pembangunan wacana tersebut. Media sosial dinilai menjadi media yang kuat dalam pengawalan isu atau pembangunan wacana, mengingat semakin maraknya penggunaan media sosial oleh masyarakat.

Di ranah advokasi, PPMI bertekad membangun pola komunikasi yang responsif. Untuk mencapai platform tersebut akan dibangun pola advokasi yang lebih fleksibel, sebab pola yang sudah ada dinilai terlalu prosedural, sehingga kerap menghambat proses advokasi. Sedangkan dalam pendampingan advokasi kepada LPM, dalam perjalannya akan dibentuk sebuah tim taktis dan tim ahli. Tim taktis merupakan tim insidental yang terdiri dari LPM terkait, PPMI Dewan Kota, BP Advokasi Nasional, serta elemen-elemen lain yang dinilai dapat membantu penyelesaian masalah. Sedangkan tim ahli merupakan tim yang akan bekerja sepanjang kepengurusan PPMI, terdiri dari anggota PPMI yang dinilai kompeten di bidang pengadvokasian.

Tindakan preventif juga dinilai perlu, mengingat semakin banyaknya kasus-kasus yang menimpa LPM akir-akhir ini. Karena itu, PPMI akan menyelenggarakan sebua lokakarya untuk membahas buku pedoman advokasi, sebab masih banyak pers mahasiswa yang dinilai gagap dalam menghadapi kasus-kasus intimidatif. Lokakarya ini dianggap penting untuk membentuk strategi pengadvokasian yang matang dan berorientasi pada kebutuhan persma.

Sementara itu, pada bagian penelitian dan pengembangan, sebuah terobosan pembuatan silabus menjadi salah satu prioritas. Program ini dinilai penting, sebab saat ini banyak persma yang belum melaksanakan dan paham tentang Pendidikan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD), apalagi semakin banyak LPM-LPM baru. Silabus ini bukan merupakan standardisasi persma, tapi sebagai referensi yang bersifat fleksibel, artinya dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan masing-masing persma.

Program baru banyak dicetuskan BP Jaringan Kerja, dimana mereka akan menjalin kerja sama dengan media-media dan perusahaan mainstream. Program ini bertujuan memperkaya referensi persma untuk menyediakan koneksi pemateri atau untuk memberikan informasi kepada anggota PPMI yang berniat bekerja di perusahaan tersebut. Selain itu, berbagai bentuk usaha dalam bentuk penjualan merchandise berlabel PPMI juga akan dilakukan, mengingat selama ini PPMI belum memiliki sumber pendanaan yang tetap. [Widi Hermawan]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *