Seni pedalangan merupakan salah satu kesenian khas Jawa yang sampai saat ini masih digeluti oleh para seniman dalang. Dalam rangka memajukan seni pedalangan atau dikatakan “ngaluhurake” seni pedalangan, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengadakan sebuah Festival Dalang Cilik dan Pentas Kolaborasi yang masuk dalam agenda besar Dies Natalis UNY ke 48 (Enam Windu). Gelaran festival ini diselenggarakan dari 9-12 Mei, bertempat di Foodcourt UNY dan pentas kolaborasi di Auditorium UNY.
Dalang cilik yang ikut serta dalam festival ini sangat berbakat dan mempunyai kemampuan sebagai seorang dalang. Dua puluh peserta dalang cilik menjadi finalis dalam festival ini dari berbagai daerah, bahkan dari Kalimantan Selatan pun turut serta. Animo masyarakat ternyata luar biasa, terbukti dengan peserta yang tidak sedikit. Salah satu official dari peserta dalang cilik asal Wonosobo Mulyono, kabupaten Wonosobo lewat sanggar dalangnya mengirimkan satu perwakilan untuk berpartisipasi. Tidak hanya berpartisipasi, tetapi juga aktif dalam memajukan seni pedalangan, begitulah ungkap beliau.
Senada dengan official peserta dalang yang lain, Cundoko ayah dari kontestan dalang cilik Nouval Fayat Fahrezi dari Wonogiri, mengatakan bahwa festival seperti ini sangat dibutuhkan untuk generasi penerus dalang cilik yang akan berkiprah di dunia pedalangan. Putranya, yang sejak umur empat tahun sudah berkutat dengan wayang, sampai saat ini terus mengembangkan bakatnya tersebut, salah satu bentuk eksistensinya yaitu dengan keikutsertaannya dalam Festival Dalang Cilik ini.
Festival dalang cilik ini sangat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya, selain sebagai upaya meluhurkan seni pedalangan, disisi lain juga bentuk apresiasi UNY sebagai kampus pendidikan sudah sewajarnya menciptakan generasi penerus bangsa baik sebagai pendidik, ataupun seniman guna melestarikan budaya bangsa. Pedalangan merupakan bagian dari seni tradisional yang saat ini pegiatnya bisa dikatakan kaum minoritas. Mengapa demikian? Peminat seni pedalangan tidak sebegitu banyak jika dibandingkan dengan peminat musik modern saat ini. Inilah kenyataan yang cukup memprihatinkan untuk bangsa ini, seni tradisional nampak ditinggalkan. Lewat festival dalang cilik ini, harapan akan “ngaluhurake” seni pedalangan mulai diwujudkan.
Oleh: Hesti Ariyani