Membincang Pers, Kepala Negara, dan Etika Media

 

Penerbit           : Elek Media

Pengarang       : Sarikit Syah

Terbit                : 14 Mei 2014

Halaman          : 360

Harga                : Rp 64.800

        Media massa merupakan fasilitas informasi yang dapat di akses semua orang. Informasi yang tersebar akan menjadi suatu opini dalam masyarakat. Entah dalam berbagai macam berita yang dibahas. Kebebasan pers seolah menjadi momok atas perilaku masyarakat suatu negara. Ia sangat bisa mempengaruhi sikap masyarakat atas kebijakan-kebijakan publik.

        Sarikit Syah mencoba mengajak para pembaca buku “Membincang Pers, Kepala Negara, dan Etika Media” untuk menyoroti tentang media dan contoh-contoh aktual di seputar media. Banyak yang dibicarakan, mulai dari kepala negara sampai orang media yang mendapat amplop. Terdiri dari enam bab judul, dalam buku ini penulis ingin mem-flashback ingatan pembaca tentang momen-momen sejarah Hakikat Pers Bebas, Hubungan Media dengan Petinggi Negara, Pers VS Gusdur, Pers dan Objek Pemberitaan, Dilema Etika Media hingga Peran Pengawasan Pers.

        Dalam buku ini, penulis menceritakan sejarah-sejarah singkat media dan pers dengan bahasa yang mengalir sehingga mudah dipahami. Pembaca seolah diberikan informasi yang bisa mengingatkan pada kejadian tempo dulu. Buku ini syarat akan manfaat dimana ada dilematis antara media dengan pemberitaannya. Gejolak media pada massa pemerintahan orde baru hingga reformasi. Semua dikemas dalam balutan cerita yang tidak kaku. Sehingga pembaca tidak mudah bosan dengan alurnya.

        Meskipun sebenarnya buku ini dipersembahkan untuk rekan-rekan wartawan, tapi ternyata buku ini juga dapat menjadi pegangan para pengajar dan pembelajaraan ilmu komunikasi, jurnalistik bahkan ilmu hukum. Para tokoh masyarakat, narasumber pers, bahkan konsumen media akan mendapat manfaat dari catatan penulis tentang produk dan perilaku media termasuk dalam aturan etika dan hukumnya. Perlunya pemahaman awal tentang pendidikan pers pada masyarakat supaya mereka paham dan berwawasan cukup untuk menerima kebebasan itu tanpa mudah terprovokasi atau anarkisme.   (novia intan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *