Ekspresi Luncurkan Majalah “Reforma Agraria Gagal”


wpid-p_20150329_205103_hdr.jpg

        Minggu(29/3), bertempat di Hall Tenis Meja Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ekspresi UNY meluncurkan majalah edisi ke-27 dengan mengangkat tema Reforma Agraria Gagal. Dalam sambutannya Faqihuddien Abi Utomo selaku Pemimpin Umum LPM Ekspresi mengatakakan terbitnya malajah ini sebagai bentuk kebebasan demokrasi mahasiswa dalam menyampaikan kritik kepada pemerintah.

        Tak hanya peluncuran majalah saja, ada juga penampilan musik dari UKM SIGMA dan performa tim peragaan busana yang memperagakan gaya jilbab modern, serta diskusi membedah fenomena alih fungsi lahan : ketahanan dan kedaulanan pangan Indonesia. Bapak Suparlan yang merupakan aktivis lingkungan hidup serta Muhammad Nur Farid yang merupakan redaktur utama majalah bagian kajian dan riset menjadi narasumber dalam diskusi ini.

        Munculnya tema ini berawal dari kekhawatiran kawan ekspresi yang tidak dapat hidup. “Awal mula kenapa memilih tema ini karena kami khawatir tidak dapat hidup,  pada dasarnya manusia tidak akan pernah dapat lepas dari yang namanya tanah,” jelas Farid. Alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan sangat mengancam ketahanan pangan. Suparlan memberikan gambaran ketahanan pangan itu hanya ada atau tidaknya pangan, tetapi kalau kedaulatan pangan itu lebih luas yakni mencangkup lahan produksi untuk pangan itu sendiri. Jika lahan pertanian di kampung atau di desa sudah tidak ada lagi, maka dampak yang akan timbul adalah warga kota akan kebinggungan dalam memperoleh pangan, karena kampung adalah sumber pangan.

        Suparlan juga menjelaskan saat ini orang-orang kapital akan menguasai semuanya, ditambah masyarakat kini lebih memilih untuk membayar mahal untuk mendapatkan kebutuhan dasar semisalkan makan, dibandingkan tidak mendapatkan kebutuhan dasar tertentu. “Saat ini petani tidak punya kekuatan untuk melawan kaum kapitalis, negara harus hadir supaya ketahanan dan kedaulatan pangan tidak rapuh dan semakin habis”, tutur Suparlan. Farid juga megatakan pemerintah harus mendayagunakan sektor agraria dengan baik supaya ketahanan dan kedaulatan pangan di Indonesia dapat terwujud. [Nanang]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *