Diskusi dengan Para Aktivis Kampus FT UNY

        Jumat (6/11), LPMT Fenomena UNY mengadakan diskusi produk Wartafeno dengan tema “Pergeseran Peran Mahasiswa” di depan LPTK UNY. Diskusi ini bertujuan untuk mengajak mahasiswa Fakultas Teknik (FT) UNY berdiskusi tentang isu nasional, seperti Salim Kancil yang terbunuh dengan sadis oleh oknum di Lumajang, Jawa Timur. Selain itu diskusi ini juga untuk mengetahui sejauh mana pergerakan mahasiswa khususnya di FT UNY.

        Diskusi Produk ini dihadiri oleh beberapa panelis organisasi mahasiswa (ormawa) FT UNY diantaranya yaitu himanika, HMTSP, hima mesin, hima otomotif, himagana, KMM, KPALH carabiner, dan DPM serta LPPM Kreativa FBS UNY. Namun sangat disayangkan acara tersebut tidak dihadiri oleh pengurus BEM FT UNY.

        Sampai diskusi ini digelar ternyata ada beberapa panelis yang mengaku belum mengetahui berita mengenai Salim Kancil dan baru mengetahuinya saat diskusi. Prasetyawan, panelis dari hima otomotif mengungkapkan kalau isu Salim Kancil belum diketahui sebelumnya dan baru diketahui saat acara diskusi. “Jujur saya belum mengetahui sebelumnya isu atau berita tentang salim kancil ini, namun dengan diadakannya diskusi ini saya jadi mengetahuinya,” ungkap Pras. Hal senada juga disampaikan panelis dari himanika.

        Namun, dibalik itu semua, ternyata kehadiran diskusi seperti ini sangat dinanti oleh mahasiswa. “Saya sangat setuju diadakan diskusi seperti ini, seharusnya BEM yang mengadakannya. Karena aksi itu perlu, dan kita yang mengontrol pemerintah, dan mengadakan isu sosial, selama ini pun jarang atau tidak pernah mengadakan, seharusnya mahasiswa mempunyai kesadaran dan mengetahui permasalahan indonesia yang terjadi itu perlu,” ujar Ade panelis perwakilan dari HMTSP. Sama halnya dengan Ade, Prasetyawan mengatakan bahwa diskusi seperti itu perlu dilaksanakan dan kalau bisa harus sering dilaksanakan diskusi.

        Dalam diskusi ini juga dibicarakan tentang idealnya sebagai seorang mahasiswa, banyak yang memberi pendapat mengenai posisi ideal sebagai seorang mahasiswa. Ada yang menyampaikan bahwa posisi ideal seorang mahasiswa harus melakukan pergerakan tetapi tidak hanya turun ke jalan saja, tetapi juga tidak hanya duduk diam ditempat.

        Nanang Yuniantoro selaku panelis dari DPM FT UNY mengatakan bahwa parameter mahasiswa ideal minimal seperti Soe Hoe Gie, saat menjadi mahasiswa jangan sampai tertinggal informasi atau isu nasional, minimal pernah membaca, sehingga ketika ditanya oleh mahasiswa lain tahu dan tidak memalukan. “Memang saat ini ormawa FT sedang disibukkan kegiatan dari mulai pembuatan proposal, sampai pelaksanaan kegiatan, dan harus menyelesaikan proker-proker yang belum terselesaikan,” ujar Nanang. Nanang juga memberikan pandangan bagaimana jika ormawa FT UNY ditambahkan peran dan fungsi yakni kontrol sosial atau pergerakan, sehingga tidak hanya BEM saja namun hima dan ukmf dapat ikut dalam melakukan kontrol sosial, disamping peran dan fungsi yang lain seperti akademik, pengembangan, minat bakat, advokasi, dan kaderisasi.

        Setiap organisasi, komunitas, atau perkumpulan manapun baik itu secara umum maupun lingkup kecil seperti kampus, pada umumnya telah melakukan pergerakan. Tentu semua pergerakan disesuaikan dengan ranah masing- masing. Semua dimulai dari hal-hal kecil, setidaknya mau ikut andil dan turut menghadiri diskusi bukan hanya duduk diam dan sekedar melihat sambil bermain PS (Play Station) atau sejenisnya. Karena idealnya suatu organisasi mempunyai visi dan misi untuk mencapai tujuan tertentu. Ormawa tersebut harus bisa mengembangkan fungsi dan perannya. Seperti pengembangan intelektual, pandai berwacana, mengkonsep sesuatu dengan beda, sekaligus mewujudkannya.

        Namun disadari atau tidak, banyak ormawa telah melupakan esensi atau peran ormawa. Dimana ormawa telah bergeser dari pergerakan menuju event organization (EO). Mereka memfokuskan diri bagaimana mengadakan sebuah event dapat berjalan dengan baik, tanpa memperhatikan esensi dan mungkin lupa akan peranannya sebagai seorang mahasiswa. Mungkin sudah jadi kebiasaan dan budaya dalam membuat proker dan arah kerja yang sasarannya pada event. Perlu kiranya agar ormawa kembali pada jalan pergerakan, kritis, dan ikut andil dalam mengawasi Indonesia.[Nurus]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *