Sumber gambar: detikINET
Yogyakarta (25/2) – Salah satu perusahaan media, DetikCom menyelenggarakan workshop kepemudaan dengan nama d’Youthizen di Hotel Grand Tjokro. Acara yang dihadiri oleh berbagai komunitas dan pemuda ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan peran pemuda dalam memperbaiki kota melauli kegiatan-kegiatan sosial.
Melanie Subono, pembicara sekaligus pendiri Rumah Harapan menyampaikan bahwa dalam melakukan perubahan tidak penting seberapa besar usaha yang dilakukan. “Stop menganggap perbuatan itu kecil atau besar. Yang penting adalah loe ngelakuin sesuatu atau loe nggak,” ujarnya. Ia juga menyampaikan bahwa setiap usaha yang dilakukan itu dampaknya bukan hanya untuk daerah tertentu, tapi untuk Indonesia. Melanie juga menekankan pentingnya optimisme, sebab baginya semua itu mungkin dilakukan, semua hanya masalah kemauan. “Loe sama saja merendahkan Tuhan kalau menganggap dirimu nggak berguna,” tambahnya.
Dalam melakukan kegiatan sosial tentu banyak tantangan yang akan dihadapi, oleh karena itu M. Al Fatih Timur, pendiri Kitabisa.com menekankan pentingnya konsistensi. “Nafasnya harus panjang, jangan kadang mau kadang enggak,” ujar Al Fatih.
Selain itu ada juga komunitas lokal yang dihadirkan untuk menjadi pembicara, yaitu Bekti Maulana dari gerakan Garuk Sampah dan Aditya Eka Sanu dari Jogja Nyah Nyoh (JNN) yang aktif dalam penambalan jalan-jalan berlubang. Aditya mengatakan bahwa yang kerap menjadi kendala komunitas dalam melakukan sebuah pergerakan adalah ketidakjelasan peraturan. “Ada tumpang tindih regulasi,” ujar Aditya.
Di akhir acara Melanie menekankan bahwa peran pemuda sangatlah penting, menurutnya pemudalah yang akan menentukan nasib bangsa. “Kita yang akan menjadi penentu negara ini mau dibawa ke mana,” tutup Melanie. [Widi]