Penulis : Rizki Safitri
Ilustrasi : Rosy
Kuliah tak semestinya selalu diisi dengan tugas. Sebab sumber belajar tidak hanya tugas dan tugas. Banyak hal yang harus dipelajari di luar perkuliahan. Bahkan kesan tugas kini menjadi sebuah pekerjaan yang semakin mengungkung mahasiswa dalam berekspresi, walhasil kreativitas menjadi minim. Di sinilah akan muncul titik jenuh, muak, jengkel, lelah, dan saatnya berkata “Apa sih ini semua?”
Password…. password !
“Apa sih?”
“Iya itu password-mu apa?”
Jia mencoba lagi password wifi kampusnya. Selama ini akses internet kampuslah yang selalu menyenangkan hatinya. Mengiburnya dari segala kepenatan karena hiruk-pikuk perkuliahan. Sehingga hidupnya penuh dengan download dan upload berbagai file, mulai dari video, dokumentasi kampus, referensi lomba-lomba, hingga back-up data ke penyimpanan online.
Seusai jam kuliah Jia selalu nongkrong di PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa-red), menjalankan rutinitas untuk sekadar memberi makan ikan emas yang hanya tiga ekor atau bahkan menghabiskan berjam-jam untuk duduk dan menikmati akses wifi dengan kecepatan tinggi. Wifi menjadi kebutuhan yang paling penting baginya. Bahkan dia rela tidak makan, menahan lapar demi menunggu unduhannya kelar. Hidupnya serasa berada di alam yang berbeda saat laman-laman yang diinginkan muncul. Berselancar untuk mengetahui dunia luar yang tak dapat diperoleh hanya dengan obrolan ngalor-ngidul yang biasa dilakukan dengan kawan-kawannya. Begitu menyenangkan bukan?
Namun akhir-akhir ini dia kesulitan mengakses jaringan wifi kampusnya. Padahal dia yakin password-nya tidak berubah. Sudah dua semester lebih dia tidak meng-otak-atik akun email kampus. Padahal dari akun itulah satu-satunya akses untuk mengubah password wifi. Pertanyaan demi pertanyaanpun muncul dari pikirannya, mengapa setiap Jumat, Sabtu, Minggu wifi tidak pernah dapat diakses. Padahal hari itulah dia bisa fokus menjalankan rutinitasnya yang sebagian besar membutuhkan akses jaringan internet. Aneh benar…
“Ni kenapa sih?, wifi mati mulu.”
“Kamu udah aktivasi belum?” tanya Adi.
“Ada aktivasi po?”
Di bukanya link aktivasi, ternyata Jia belum aktivasi akun wifi laptopnya. Adi tertawa melihat kelakuan Jia yang selalu di luar dugaan, singkatnya aneh. Seperti marah-marah dengan laptopnya karena lemot, mengancam membangun wifi tandingan karena jengkel, hingga pernah suatu ketika saat dia membuka nilai di siakad (sistem akademik online-red) yang keluar adalah nilai E dan dia mencoba pura-pura gila agar orang tuanya tidak marah. Dia selalu mengekspresikan tindakan – tindakan konyol yang selalu membuat Adi tak dapat menahan tawa.
“Ya kan aku enggak tahu kalau setiap semester harus aktivasi wifi segala,” Jia menahan malu karena ketidaktahuannya.
Adi hanya geleng – geleng kepala, heran, karena Jia selalu terburu-buru dalam mengerjakan setiap tugas. Seperti hari ini, dia datang dengan muka kacau. Dia berniat mengirimkan sinopsis cerita pendeknya untuk di-acc dosen agar dapat diangkat menjadi sebuah film pendek . Tidak ada kesan anak muda harus nakal di hidupnya, memikirkan kehidupan kampus yang penuh dengan tugas, deadline, dan edit naskah telah menghabiskan waktu sama sekali untuk bersenang-senang. Namun dia kadang – kadang menyenangkan untuk diajak ngobrol. Dia adalah salah satu teman yang dikenal saat mulai mengikuti organisasi jurnalistik ini.
“Tetep aja ni,” Jia tetap tidak dapat mengakses internet. Padahal dia sudah lembur untuk mengerjakan tugas tersebut. Masalah muncul ketika tidak ada koneksi internet. Itu artinya tugas tidak dapat dikumpulkan.
Dia bisa saja membeli paket data, namun uang bulanannya telah habis untuk membayar tagihan listrik. Tak pernah terlintas dipikirannya untuk meminta tambahan uang ke orang tua. Bahkan dia ingin bekerja untuk membiayai kuliahnya tahun ini. Sering dia dimarahi orang tuanya karena tubuh yang semakin kurus saja seiring semakin menuanya semester.
“Butuh tetheringan,?” Tanya Adi dengan nada mengejek.
“Enggak usah, aku ke warnet saja,” jawab Jia dengan kesal sambil membereskan barangnya.
Adi hanya melihat kepergiannya dan melanjutkan mendengarkan lagu rock kesukaanya.
-o-
Sepanjang jalan menuju warnet Jia masih berpikir dengan jaringan internet kampusnya yang sering mati. Dia berniat menyelidiki ini semua. Pemikiran-pemikiran aneh mulai bermunculan di kepalanya.
“Apa ini adalah konspirasi agar aku tidak dapat menayangan film yang akan ku buat. Oh tentu saja tidak. Apa ada sabotase, supaya mahasiswa berubah menjadi generasi kupu-kupu? Ah, itu terlalu jauh. Hemm, pasti ini ada hubungannya dengan kisah asmara kepala pusat layanan internet dengan aktivis PKM karena ditolak cintanya. Ah.. aku ini mikir apa.. Namun aku tetap akan menyelidiki ini semua,” Jia berbicara dengan diri sendiri. Pemikirannya semakin radikal, seperti kata birokrat kampus inilah akibatnya kalau mahasiswa ikut pers mahasiswa.
3 Responses
Dijaman yang serba cepat dan canggih wifi menjadi kebutuhan pokok dalam menunjang aktifitas, terutama di kampus dan sekolah.
Cerpen yang bagus,
Wifi memang menjadi sarana penting, dan harus jadi perhatian, baik di kampus atau di sekolah