Sebuah Usaha Membuat Seribu Maba Tertawa

Seperti hujan yang mengguyur musim panas yang terik, humor seketika mampu menyejukkan bumi, udara, juga hati manusia. Begitu kata Langston Hughes, penyair Amerika Serikat sekaligus tokoh ikonik dari lahirnya gelombang Harlem Renaissance di New York, seabad silam. Mengingatkan kita bahwa tawa bisa menjadi oase di tengah kemumetan hidup yang kian kompleks hari ini.

Kini, humor pun terus berkembang dan telah mengejawantah dalam beragam medium, tak terkecuali stand up comedy. Geliat stand up comedy terus tumbuh hingga hari ini. Aneka acara mulai memilih stand up comedy sebagai sesi hiburan alternatif, termasuk acara PKKMB FT UNY 2023.

Sensasi Melucu di Hadapan Ribuan Penonton

Tampil di hadapan seribu lebih penonton menjadi pengalaman baru bagi Arip Ardhana, salah satu komika dari komunitas Stand Up UNY. Arip tampil pada acara PKKMB FT UNY yang digelar di KPLT FT UNY, Kamis (10/8) lalu. Selama kurang lebih tujuh menit tampil, komika yang juga mahasiswa Pendidikan Teknik Mekatronika ini mengaku gugup luar biasa karena baginya, penampilan kemarin adalah panggung terbesarnya selama ia menekuni stand up comedy.

“Jujur, deg-degan itu pasti, ya. Baru pertama kali (tampil di depan seribu lebih penonton). Biasanya, kalau open mic itu penontonnya sekitar 100-200 orang aja. Lah, ini, seribu lebih. Wah gila sih pressure-nya!” ungkap Arip saat diwawancarai Wartafeno pada Selasa (15/8).

Tampil bersama seorang komika lainnya, Theo, Arip mengevaluasi penampilan dirinya kemarin masih kurang maksimal. Ia mengungkapkan bahwa ada tekanan yang lebih saat menyadari audiens yang ia hibur adalah mahasiswa Fakultas Teknik sebagaimana dirinya.

“Ini panggung pertamaku yang ditonton seribu orang, apalagi yang nonton anak FT semua. Kalau aku tampil jelek, ngebom (tidak lucu sama sekali), wah aku bakal malu pasti nanti kalau ketemu mereka di kampus, pas perkuliahan. Dan itu yang malah jadi tekanan lebih sih buat aku kemarin. Bikin overthinking!” lanjut Arip.

Dari Riffing Spontan Sampai Materi ‘Murid Chindo’

Melucu memang bukan pekerjaan mudah. Jika dibandingkan dengan seni panggung lainnya, seorang komedian punya tantangan lebih dalam menghibur khalayak penonton.

Seorang penyanyi bisa membawakan lagu hits-nya ribuan kali dan orang-orang akan tetap kagum mendengar suara merdunya. Seorang pesepakbola bisa mencetak gol yang serupa dengan yang pernah dicetak pemain lain, dan penonton tetap akan bertepuk tangan. Tetapi, lelucon yang sama dari seorang komedian, tidak selalu bisa membuat orang lain tertawa.

Arip pun mengamini beban tersebut. Tentang materi yang ia bawakan saat tampil menghibur ribuan maba kemarin, ia membuka penampilan stand up comedy-nya dengan melakukan riffing ke penonton.

“Aku kemarin akting ngibas-ngibasin rambut, gitu, terus aku bilang, ‘Kalian nggak bisa gini, kan?’ Karena penontonnya FT kan rambutnya pendek ya. Nah, itu riffing, namanya,” jelas Arip.

Komika Arip tampil menghibur ribuan penonton dalam acara PKKMB FT UNY 2023.

Arip bercerita bahwa aksi riffing mengibaskan rambut tersebut sebenarnya spontanitas saja karena sebelumnya ia sudah menyiapkan riffing khusus, tapi malah kurang “dimakan” penonton. Selain itu, ia juga mengisahkan ulang salah satu bit yang ia bawakan kemarin, tentang pengalaman uniknya selama magang menjadi pengajar di suatu sekolah swasta.

“Kemarin itu aku ngebawain materi (bahan lawakan) soal pengalamanku PK (Praktik Kependidikan) di suatu SMK yang mayoritas muridnya Chindo gitu. Tapi di antara nama-nama Chindo kayak Kevin, Patrick, William, Vincent, Melvin, gitu-gitu, itu ada satu murid yang namanya Supriyadi. Itu kan aneh, kayak anomali aja gitu. Nah, pas bit itu, lumayan grrr sih, menurutku,” ungkap komika bernama asli Arif Firman Syah itu.

Dari segi penonton dan venue panggung, Arip menilai sudah proporsional. Tampil di ruangan indoor mendukung penonton jadi lebih fokus menyimak sang penampil. Selain itu, faktor audiens yang terbilang homogen juga tak kalah mendukung sang komika tampil paripurna. Arip menaruh respek terhadap para penonton. Sempat ngeblank (lupa materi) waktu tampil, tapi penonton tetap memberi dukungan kepada sang penampil, alih-alih menyoraki atau melempar heckling.

Sementara itu, Salma Nur Annisa, mahasiswa baru prodi Pendidikan Teknik Elektro, memberi kesannya sebagai penonton mengenai penampilan hiburan stand up comedy tersebut.

“Lebih lucuan komika yang Gondes Bantul (Theo) itu sih, kalau aku. Dia cerita pengalaman lucunya waktu sholat jamaah bareng bocil-bocil, gitu. Tapi kalau Mas Arip, materinya berbobot, meskipun aku nggak ketawa sama sekali, hihi,” ujar Salma meringis.

Rangkaian ‘Tour De PKKMB’ (Pengenalan Kelucuan Kepada Mahasiswa Baru)

Penampilan Arip dalam acara PKKMB FT UNY 2023 kemarin adalah bagian dari serangkaian Tour De PKKMB (Pengenalan Kelucuan Kepada Mahasiswa Baru). Komunitas Stand Up UNY mulanya membuka tawaran untuk bersedia mengisi sesi hiburan selama acara PKKMB, baik tingkat fakultas maupun jurusan melalui akun Instagram resminya.

Sumber gambar: Instagram

Tak lama setelah diumumkan, beberapa pihak mulai menghubungi dan tertarik untuk melibatkan Komunitas Stand Up UNY sebagai pengisi sesi ice breaking atau hiburan. Namun, akhirnya, Stand Up UNY hanya memilih 10 acara yang berlangsung selama 8 hari (3—11 Agustus 2023).

Stand Up UNY tampil mengisi acara PKKMB Fakultas di FIKK, FBSB, FIPP, FMIPA, dan FT. Selain itu, juga mengisi 5 acara PKKMB Departemen, di Departemen Pendidikan Geografi (FISHIPOL), Teknologi Pendidikan (FIPP), Pendidikan Teknik Elektronika (FT), Teknik Sipil (Fakultas Vokasi), dan Pendidikan Sejarah (FISHIPOL).

Sumber gambar: Instagram

Total komika Stand Up UNY yang tampil selama Tour De PKKMB ada 12 orang. Formatnya, dalam sekali sesi, Stand Up UNY diberi waktu sekitar 20 menit. Akan ada empat orang yang akan mengisi sesi tersebut, terdiri dari dua komika dan dua pembawa acara. Tiap komika mendapat durasi tampil kisaran 5-7 menit.

“Misalnya, aku kemarin tampil jadi komika di acara PKKMB FT sama PKKMB Jurusan Pendidikan Geografi. Dua kali berarti itu kan. Terus gantian, aku nge-MC di acara PKKMB FIKK dan FIPP, sementara yang tampil, gantian komika lainnya. Nah, itu rolling aja gitu,” jelas Arip.

Meski tampil secara sukarela, Komunitas Stand Up UNY menyebut bahwa Tour De PKKMB kemarin adalah langkah win-win solution. Para komika memperoleh panggung untuk menambah jam terbang, Stand Up UNY bisa mengenalkan eksistensi komunitasnya, dan pihak panitia acara yang mengundang dan bekerja sama pun mendapatkan pengisi acara yang terjangkau.

Mengenal Komunitas Stand Up UNY

Stand Up UNY adalah komunitas yang, secara internal keorganisasian, berada di bawah UKM Magenta Radio. Namun, secara eksternal, komunitas ini juga bernaung di bawah bendera Stand Up Indo Jogja.

Rupanya, ada alasan historis yang jadi muasal mengapa Komunitas Stand Up UNY berada di bawah UKM Magenta Radio. Segalanya berawal dari obrolan kecil di angkringan depan rektorat, sekitar 12 tahun lalu.

Potret para komika Stand Up UNY.

Medio 2011, stand up comedy memang sedang masyhur di tanah air berkat kemunculan kompetisi Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) di Kompas TV. Waktu itu, Dicki Mahardika—iya, gitaris Olski itu—yang tengah menanti hari kelulusannya sebagai seorang sarjana prodi Pendidikan Bahasa Jerman, tertarik menjajal seni ber-stand up comedy.

Akhirnya, bersama teman-teman Magenta Radio pada masa itu, muncul ide untuk menggagas komunitas stand up comedy dalam skala kecil; lingkup kampus. Lalu, setelah berkonsultasi dengan teman-teman Stand Up Indo Jogja perihal ini dan itu, terbentuklah Komunitas Stand Up UNY yang sukses mengadakan first gathering pada bulan Desember 2011.

Namun, meski berada di bawah UKM Magenta Radio, tidak ada syarat wajib harus terdaftar sebagai anggota UKM Magenta Radio agar bisa bergabung ke Komunitas Stand Up UNY. Begitu pun sebaliknya, boleh-boleh saja jika ingin bergabung ke UKM Magenta Radio tanpa harus gabung Komunitas Stand Up UNY.

“Biasanya, sih, anggota Stand Up UNY itu, awalnya join Magenta dulu, terus baru masuk ke komunitas. Ataupun sebaliknya, gabung komunitas, terus daftar Magenta. Tapi boleh juga kalau cuma ikut aktif di komunitas Stand Up UNY aja. Kayak aku, misalnya. Aku cuma join Stand Up UNY, tapi nggak ikut Magenta,” ujar Arip.

Komunitas Stand Up UNY rutin mengadakan agenda open mic sebulan sekali dengan tajuk “Rabu Unyu” yang biasa digelar di Aula Lantai 3, Student Center UNY. Selain itu, sebagai wadah belajar bersama, Stand Up UNY juga mengadakan sesi gathering mingguan #KumpulUNYu setiap hari Rabu. Di sini para komika bisa saling sharing materi dan combud (comedy buddy) antara sesama komika.

Kini, setelah 12 tahun berdiri, Stand Up UNY telah melahirkan komika-komika yang tak kalah kompetitif dengan jebolan-jebolan dari komunitas lainnya. Sebut saja, ada Sandi Prastowo. Komika yang biasa disapa Sanpras ini telah lama aktif di Komunitas Stand Up Indo Jogja. Bulan lalu, komika asal Gunungkidul yang juga sempat menempuh studi di jurusan Pendidikan Teknik Informatika ini pun berkesempatan tampil di acara Stand Up Fest 2023 yang digelar di Tennis Indoor Senayan, Jakarta Pusat.

Selain itu, ada juga anggota baru Stand Up UNY yang sudah menekuni dunia stand up comedy sejak SMP. Dia adalah Imanuel Yan Bayu Wibowo. Tahun ini, Bayu resmi menjadi mahasiswa baru prodi Sastra Indonesia. Ia merupakan peserta kompetisi Stand Up Comedy Academy (SUCA) 4 yang diadakan Indosiar pada tahun 2018 silam.

Penulis: Lindu Ariansyah

Penyunting: Elshinta Ryzty

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *