Menjadi artis dadakan. Mungkin itu yang dirasakan para maskot dengan banyaknya ajakan foto yang berdatangan. Tak hanya panitia, para mahasiswa baru (maba) pun sama antusiasnya dengan keberadaan salah satu sosok paling ikonik di setiap fakultas ini.
Masing-masing fakultas memiliki maskot kebanggannya sendiri. Namun, tak banyak orang tahu cerita-cerita yang terjadi di balik kostum maskot. Wartafeno mewawancarai beberapa pemaskot yang turut memeriahkan PKKMB kemarin. Seperti apa kisahnya, simak terus tulisan ini.
Meniti Jalan Menjadi Maskot Fakultas
Rasa lelah dan panas yang dibayangkan saat menjadi maskot memang nyata dan benar adanya. Apalagi pemaskot tidak hanya memakai kostum saat acara puncak PKKMB di GOR UNY pada Senin (7/8) saja, tapi juga saat shooting jingle PKKMB dan ketika PKKMB fakultas berlangsung. Meski tetap ada cadangan yang disiapkan jika terjadi suatu hal, pemaskot utama tak serta-merta melepaskan tanggung jawabnya dalam memandu kemeriahan acara PKKMB tahun ini.
Beberapa pemaskot mengutarakan alasannya kenapa mereka bersedia menjadi maskot fakultasnya. Ada yang sekadar untuk memenuhi rasa penasarannya sendiri terhadap seperti apa rasanya pakai kostum maskot itu, ada juga yang karena dorongan “dendam” PKKMB online lantas ingin sekali merasakan atmosfer PKKMB secara langsung di GOR.
Maskot FMIPA menjadi salah satu yang unik karena jadi satu-satunya maskot yang berkonsep duo. Adalah Decka Fadhila Tirta dan Raihan Assad Annahar yang menjadi sosok di balik maskot “Duo Astronot” dari FMIPA. Kedua mahasiswa prodi Fisika ini berbagi kisahnya selama menjadi maskot fakultas kepada Wartafeno pada Selasa (15/8) lalu.
“Tahun kemarin kan PKKMB online, jadi aku nggak tahu atmosfer dan experience langsungnya di GOR tuh kayak gimana sih, gitu. Jadi pas kemarin ditawarin jadi maskot sama Tim Kreatif, ya langsung kami iyain tanpa pikir panjang, hehe,” ungkap Raihan antusias.
Berbeda dengan Decka dan Raihan yang ditawari untuk jadi maskot, Ilham Agus Adiyanto justru mengajukan diri agar bisa mengenakan kostum semut rangrang yang jadi maskot khas fakultasnya, FISHIPOL.
Ilham menjelaskan, “Untuk jadi maskot, aku memang ngajuin sendiri. Alasanku, karena kita udah dua tahun PKKMB itu kan online. Maskot itu kan ibarat identitas fakultas, ya. Jadi, maskot harus bisa ngasih ucapan welcome gitulah ke maba-mabanya. Biar mereka kenal, ‘ini loh FISHIPOL, rumah baru kalian sekarang’, begitu.”
Potret maskot FISHIPOL menyapa para maba dari fakultasnya.
Perihal pertanyaan mengapa para pemaskot kebanyakan laki-laki, Decka memberikan pendapatnya. Menurutnya, tidak ada aturan saklek bahwa pemaskot itu harus laki-laki, perempuan pun boleh. Hanya saja, dari segi pakaian, kata Decka, mungkin laki-laki lebih simpel jadi bisa lebih ideal dengan kostumnya. Terlebih, jadi maskot itu juga bukan perkara mudah. Sangat melelahkan. Dan faktanya, tidak banyak perempuan yang berminat jadi pemaskot fakultas.
Rela Mandi Keringat dan Keseleo Demi Para Maba Semangat
Sebagai pemandu sorak, peran maskot sangatlah krusial. Selain mengemban tugas memantik euforia PKKMB dan membakar semangat warga baru UNY, maskot juga harus mampu berinteraksi dan memperkenalkan identitas dari tiap fakultasnya. Beban moril tersebut masih harus ditambah dengan beban fisik menahan suhu tubuh yang meningkat saat mengenakan kostum maskot.
Decka pun mengamini bahwa berada di balik kostum maskot seharian bisa bikin badan basah kuyup mandi keringat. Ia memakai baju kaus sebelum mengenakan memakai kostum maskot agar menghindari kontak keringat secara langsung, meskipun bisa saja kalau mau pakai kostum langsung.
“Iya. Gerah gila banget, kemarin itu. Sampai keluar GOR, kaus udah basah banget. Keringat sekujur tubuh pokoknya. Tapi habis selesai acara, langsung mandi di kamar mandi fakultas karena bawa baju ganti juga kemarin, jadi sekalian aja. Byur, byur, seger banget tapi!” ujar Decka.
Meski bermandi keringat, Decka dan Raihan tak menyesal menjadi maskot fakultas. Mereka mengaku senang sekali bisa tampil di GOR mewakili fakultasnya di hadapan ribuan maba. Bahkan keduanya tidak menolak andai tahun depan diberi kesempatan untuk menjadi maskot fakultas lagi.
“Seneng banget! Kayak kalau kitanya lagi tampil, jalan atau say hi, gitu, langsung disorak-sorakin. Banyak juga yang paparazzi-in kita waktu jadi maskot, footage-nya lucu-lucu abis. Sampai-sampai muncul di FYP TikTok, #MaskotFMIPA, gitu, haha! Banyak yang nge-tag aku juga di Instagram. Seru deh pokoknya!” ungkap Decka sumringah.
Decka dan Raihan juga tak menampik bahwa banyak sekali maba yang mengajak foto. Itu jadi hal yang menggembirakan selama pengalaman menjadi maskot fakultas.
“Kemarin tuh, pas acara PKKMB di GOR belum selesai aja udah pada ngajakin foto gitu, pada antre di luar GOR. Terus, dilanjut di PKKMB Fakultas juga sama. Satu kelas gitu ngajak fotbar. Banyak dari maba, tapi panitia yang minta foto juga ada. Berasa jadi artis dadakan euy!” ungkap Raihan.
Maskot FMIPA foto bareng sejumlah maba.
Sementara itu, pemaskot FT UNY, Aryasatya sempat mengalami keseleo karena terpeleset saat hendak menuruni tangga. Beruntung, ia tetap bisa melanjutkan tugasnya dengan baik hingga acara purna.
“Ya keseleo sedikit mah nggak apa-apa. Tetap bangga jadi maskot FT. Ngeliat teman-teman maba terhibur, rasa sakit dan gerah karena pakai kostumnya jadi nggak berasa. Jadi kebawa seneng aja terus,” ungkap Aryasatya.
Maskot sebagai Identitas Fakultas
Maskot adalah identitas dan ciri khas dari tiap fakultas agar dapat dikenal oleh khalayak ramai. Saat menjadi maskot, secara tidak langsung juga sekaligus terpilih sebagai representasi fakultas masing-masing. Penunjukkan tersebut tentunya sudah melewati banyak pertimbangan.
Sukacita yang ada selama PKKMB berlangsung tak membuat kapok para pemaskot ini. Meski masih bersedia untuk menjadi maskot lagi tahun depan, para pemaskot fakultas ini lebih menginginkan adanya penerus dari angkatan berikutnya agar selalu berkesinambungan antargenerasi.
“Aku nggak mau (kalau diminta jadi maskot fakultas) lagi. Bukan karena nggak pengen, tapi giliran adik-adikku tahun depan buat ngerasain kesempatan yang sama kayak aku tahun ini. Dan pesanku, nggak perlu malu jadi maskot. Justru harusnya bangga karena membawa DNA dan ciri khas fakultas ke generasi selanjutnya,” ujar Ilham, pemaskot FISHIPOL.
Keseruan di GOR meninggalkan memori yang berkesan. Yel-yel, sorak-sorai penonton, dan gelegar yang menggema jadi nada-nada yang terkenang di benak. Para pemaskot ini pun juga mengamininya. Ada rasa gembira dan bangga yang membekas di hati. Menjadi kenang-kenangan manis dari hari PKKMB yang telah terlewati.
Penulis: Isna Septi Wahyuni
Penyunting: Lindu Ariansyah