Sepultura, Kritikan Lewat Suara Keras

Chaos A.D, Tanks on the streets, Confronting police, Bleeding the Plebs, Raging crowd, Burning cars, Bloodshed starts, Who’ll be alive. (Refuse/resist).

 Musik metal kini hentakannya yang tidak segemerlap dulu. Namun, meski demikian bagi penikmatnya jenis musik ini tak akan tergantikan. Terutama untuk generasi 90-an, dimana musik metal sedang memasuki masa jayanya. Hingga lahir banyak genre, semisal heavy metal, trash metal, balck metal, power metal, gothic metal, hingga viking metal.

 

Personil

Kenapa metal begitu dikenal? Karena musik ini memiliki karakter khas, kerumitan, tematik, cerdas, hingga alasan historis.

Salah satunya Sepultura, metal band asal brazil bentukan tahun 1984 atas prakarsa Max Cavalera sebagai vokal guitar, Andreas Kisser sebagai gitaris, Paulo Jr sebagai bassis, dan Igor Cavalera sebagai drummer. Dimana pada media ‘89 hingga ‘98 band ini mencapai puncak kejayaan, yang pada saat itu selain Sepakbola, Samba dan Amozon, Brazil adalah Sepultura.

Nama Sepultura diambil dari bahasa portugis yang berarti “Kuburan”, yang diambil oleh Max Cavalera ketika terinspirasi lagu “Dancing On You Grave” dari Motorhead. Saat pertama berdiri band metal ini beraliran grove, tetapi kemudian beraliran death/trash. Perlu diketahui death/trash metal bercirikan tempo cepat dan agresif dengan penekanan pada stem guitar bernada rendah (bass).

Lirik pada lagu-lagu Sepultura terbilang cukup unik, dimana tema-tema yang dimunculkan ialah seputar penindasan dan anti kapitalisme. Kritik yang keras lewat suara keras, misal album Chaos AD, dibuat untuk mengkritisi perang global dan tirani kekuasaan, dengan jajaran lagunya macam refuse/resist, slave new world, territory, dan policia. Sepultura berkibar dibawah manajemen Roadrunner dengan Gloria Cavalera sebagai manajer.

Tetapi dari semua album, Arise merupakan karya tersukses dengan dijual di 40 negara termasuk Indonesia yang hampir kesemuanya memperoleh platinum. Saat promosi album Arise, Sepultura sempat menggelar tur ke Surabaya-Indonesia. Bahkan dalam Global Metal Documentary oleh Sam Dunn, Max Cavalera menggarisbawahi penggemar asal Indonesia yang dinilainya terlalu brutal, dan mengaku tidak pernah melihat konser semacam itu dalam hidupnya.

Kini setelah sekian lama para personilnya pun berganti dan berenkarnasi dimana untuk vokalis diisi oleh Derrick Green dan drummer oleh Eloy Casagrande. Meski tidak se-terkenal dulu lagu-lagu ciptaan sepultura masih layak didengar dengan album Againts, Nation, dan Roorback. Setelah keluar dari Sepultura, Max membentuk Soulfly yang berjenis hampir sama dengan Sepultura. Kemudian Cavalera bersaudara membentuk band Cavalera Conspiracy dengan genre heavy metal.

 Akhir kata, harapan terus terucap dimana masa kejayaan musik metal kembali berkibar di Indonesia untuk menambah khasanah khas musik di negeri ini. Juga untuk kembali membangkitkan gairah bermusik yang lebih beragam.

 Oleh : Farchan Riyadi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *