Oleh Widi Hermawan
“Teknika Muda Wujud Karakter Guru Bangsa” adalah tema ospek FT. Dipilihnya tema ini bertujuan agar maba nantinya menjadi pribadi yang mencerminkan nilai-nilai guru bangsa.
Pengertian guru bangsa ialah seseorang yang memiliki ajaran dan kebijaksanaan tinggi yang mampu , diteladani serta diimplementasikan oleh sebuah bangsa. Sosok guru bangsa tidak hanya memiliki pandangan jernih dan visioner, namun juga dapat memberikan keteladanan, kesantunan serta integritas. Lalu, Ia mampu menjadi jembatan atas segala bentuk perbedaan. Selain itu syarat yang tidak kalah penting adalah dapat mengawal demokrasi serta keberlangsungan hak asasi manusia.
Indonesia dalam perkembangannya telah memiliki banyak tokoh guru bangsa. Salah satunya yaitu Soekarno (bung Karno) presiden pertama Indonesia, dengan ajaran marhaenisme, berdikari, serta trisakti. Marhaenisme merupakan suatu ideologi yang memperjuangkan nasib kaum miskin petani dan buruh guna mendapat kebahagiaan hidup yang berasaskan pada sosionasional, sosiodemokrasi, gotong-royong, kebangsaan, kemerdekaan beragama serta kerakyatan.
Sedangkan berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri merupakan suatu konsep kemandirian ajaran bung Karno baik dalam politik, ekonomi serta berkepribadian dalam budaya. Artinya, bangsa ini harus dapat mandiri dalam segala bidang kehidupan.
Sementara itu, konsep trisakti mengajarkan agar bangsa Indonesia dapat berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, serta memiliki kepribadian budaya bangsa yang mantap. Intinya ajaran bung Karno sangat menekankan kemandirian nasional.
Selain bung Karno, Indonesia pernah memiliki tokoh guru bangsa seperti Abdurahman Wahid (Gus Dur) dengan ajaran pluralisme-nya, Ki Hajar Dewantara dengan semboyan pendidikannya, Ahmad Dahlan dengan muhammadiyah, Tan Malaka dengan karya madilog, dan Hatta dengan ekonomi koperasi.
Berbeda dengan ospek 2014 lalu, yang menekankan nilai profetik, ospek kali ini menekankan pada karakter guru bangsa. Agar tercapai tujuan tema ospek itu, mahasiswa baru akan dibekali materi dan perwujudan serta keteladanan seorang guru bangsa. Memang konsep acara secara umum tidak jauh berbeda dengan tahun kemarin, tetapi substansinya berbeda. Hal ini menunjukkan panitia telah mencoba untuk merealisasikan semangat seorang guru bangsa. Berusaha agar tema ospek kali ini tidak hanya menjadi khayalan (utopis) dan wacana semata.
Saya berharap akan benar-benar ada kesesuaian antara agenda-agenda kegiatan ospek dengan tema yang diangkat. Dengan seperti itu misi besar ospek tahun ini dapat dicapai. Sehingga adik-adik saya kelak akan benar-benar bisa menjadi sosok guru, tidak harus (jadi guru bangsa) bagi seluruh sendi kehidupan bangsa, minimal menjadi guru untuk dirinya dan keluarganya sendiri.