Oleh Widi Hermawan
Hasil polling menunjukan masih banyak maba yang mengaku ospek itu berat. Dapat dimaklumi karena suksesnya ospek tidak hanya pada terlaksananya berbagai rangkaian acara, namun materi yang disampaikan dimengerti benar oleh maba. Kunci sukses ospek jelas adalah kesehatan fisik yang prima.
Ospek telah berlangsung selama beberapa hari. Seperti biasa, masih saja ada peserta ospek yang jatuh sakit, mulai dari sakit kepala (pusing), mag sampai asma. Jumlahnya pun tidak satu atau dua orang, bisa puluhan, ini jelas menjadi indikasi ospek harus dilalui dengan fisik yang prima!
Apresiasi baik jelas harus disematkan pada panitia, paling tidak mereka telah berusaha menanggulangi masalah itu. Mulai dari menyediakan tenaga medis profesional hingga kerjasama dengan Korps Sukarela (KSR) unit UNY. Namun itu belum cukup, kedepan perlu pembahasan mendalam terkait kesehatan fisik maba. Karena seberat apa pun tantangan ospek, bila sehat fisik, maba akan dengan mudah menerima materi ospek.
Ada beberapa solusi mengurangi resiko kelelahan dan sakitnya maba. Bahwa jarak FT dengan GOR adalah yang paling jauh dari fakultas lain. Ini bisa diatasi dengan menyediakan kendaraan angkut bagi maba menuju GOR. Jadi menghindari semacam long march, dapat pakai truk atau semacamnya.
Kemudian membentuk tim kesehatan dimasing-masing kelompok. Teknisnya pemandu atau ketua kelompok maba menunjuk beberapa personil maba, guna memantau kesehatan teman-teman mabanya. Apabila kondisi kesehatan menurun dapat langsung ditangani tim medis utama. Check list harapannya dilakukan berkala (periodik) semisal 2 jam sekali. Lalu, menyediakan perangakat P3K standar di setiap kelompok, mungkin investasinya akan terlalu dalam tetapi saya kira pencegahan akan lebih baik.
Memberlakukan manajemen fisik terpadu, dan jadwal ketat konsumsi bagi maba. Manajemen fisik ini biasa dipakai saat kita naik gunung dan sebagainya. Pemandu sangat berperan dalam hal ini untuk mengingatkan. Misal buat saja untuk beberapa jam sekali atau disaat senggang (pergantian materi) maba diminta makan dan minum (maba bawa snack sendiri) untuk menambah kalori, tenaga, dan tidak dehidrasi. Pemandu perlu menyampaikan pula bahwa ospek akan berjalan lima hari, semangat boleh saja namun perhatikan juga batas kesehatan fisik masing-masing.
Pada tingkatan makro, konsep acara kedepannya harus memasukan satu variabel lagi, yaitu fisik maba. Kemudian tekanan psikis (bentakan dan tatapan sinis) harus mulai dikurangi pelan-pelan. Pelan-pelan karena tentu ada juga maba yang tidak disiplin perlu ditindak juga.
Penambahan tenaga medis professional juga diperlukan, bila anggaran kurang tentunya dapat dikomunikasikan kembali ke pihak birokrasi, bila perlu ada medis center disetiap fakultas lengkap dengan ambulans-nya. Bila ambulans tidak ada, bisa juga atau mungkin mobil operasional fakultas di-stand by-kan. Mencontoh medis center saat mudik lebaran bisalah diaplikasikan, sederhana namun efektif, sehingga maba cepat ditanggani dan tidak terlantar.
Selain maba, kesehatan panitia juga penting. Sistem sif yang telah diaplikasikan sudah cukup baik, asupan makan dan kalori juga harus cukup. Kalau perlu hitung saja kebutuhan kalori setiap panitia dan maba berdasar usia dan berat badan. Untuk hal ini cukup disosialisasikan saja, menghitungnya dilakukan masing-masing individu. karena saya yakin hal sederhana macam ini dilupakan.
Pelatihan intensif tenaga medis kedepan juga mesti serius, agar cepat ambil keputusan, peka juga sigap menindaklanjuti masalah kesehatan maba dan panitia. Bila perlu terbitkan handbook kesehatan fisik ospek, tidak perlu harus dicetak, lewat e-book saya kira cukup, sebarkan ke maba. Apa perlu buat program berbasis Android yang bisa diunduh, berisi tips dan trik sukses, aman, dan sehat jalani ospek.
Kesehatan bukanlah permasalahan kecil, ia justru menjadi hal yang sangat penting. Sayangnya masih banyak yang menyepelekannya, sehingga terlupakan, bahwa kesehatan prima menjadi kunci utama sukses ospek. Tidak hanya ospek, juga untuk aktivitas yang lain.