Yogyakarta – Selasa (12/1), Pendidikan Seni Kriya Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) angkatan 2014 resmi memulai pagelaran Pameran Kriya. Acara yang berlangsung di Museum Pendidikan Indonesia(MPI) ini akan berlangsung selama tiga hari dengan menawarkan berbagai produk mahasiswa. Seperti tekstil, batik dan kulit berciri khaskan klasik seiring dengan tema “Harmonisasi Ragam Kriya: Batik, Kulit dan Tekstil” yang diusung. Tak hanya itu, ada juga pelatihan membatik tulis yang berada dihalaman MPI dengan pembimbing Aris Ahmet selaku mahasiswa pendidikan kriya 2014 yang mendapat antusias cukup tinggi dari pengunjung.
Pelatihan membatik dimasukkan dalam sela-sela pameran kriya memiliki latar belakang untuk memperkenalkan bagaimana cara membatik tulis di lingkungan mahasiswa. Alasannya menurut Aris, kini batik cap dan printing yang sedang ngetrend sedikit menggeser keberadaan batik tulis. Padahal batik tulis yang dibuat secara tradisional juga merupakan warisan budaya nasional yang harus dijaga bersama. Apalagi kini Indonesia sudah memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), harus cerdik memanfaatkan peluang yang ada agar tidak hanya menjadi konsumen namun bisa sebagai penjual seperti halnya produk batik tulis yang khas.
Bermodalkan canting sebanyak 7 buah, kompor elektrik plus wajan 2 buah, malam dan kain secukupunya, meja kayu berukuran 1×1 meter serta modul batik berisi kumpulan pola dilaksanakan pelatihan membatik tulis secara sederhana. Hal-hal yang diajarkan dalam pelatihan membatik pun beraneka ragam seperti teknik mengetahui malam yang pas untuk membatik tulis hingga memegang kain dan canting secara benar. Alhasil pengunjung yang mengikuti pelatihan tersebut menjadi paham membatik tulis yang efektif karena sebelumnya tidak tahu carannya.
Sementara itu, tanggapan dari Nur dari Pendidikan Bahasa Inggris 2014 yang mengikuti pelatihan membatik tulis bahwa kegiatan seperti ini terasa asyik dan mendidik. Senada dengan Nur, Ar dari Pendidikan Bahasa Jerman 2014 menyanggah bahwa pelatihan membatik tulis merupakan kegiatan yang mulia untuk menjaga warisan bangsa sehingga kehidupan yang sejahtera tercapai. “Leben Sie Wohl!,” tutur Ar sembari membatik. Harapan kedepan dari Nur, semoga acara yang sederahan seperti pelatihan membatik tulis bisa terus ada dan menular ke berbagai kalangan. [Edwin]