Biarkan jutaan buah stroberi menghujaniku
Biarkan akar-akar dari pohon-pohonnya mengekangku
Biarkan ulat-ulat dari daun-daunnya menggerogotiku
Biarkan aku tidak lagi menjadi diriku
Bukankah sudah seperempat windu
aku bukanlah aku?
Lantas siapa aku?
Aku yang dahulu layu
Kini jadi bersemu
Terciprat warna semu stroberi
Tertabur bintik hitam stroberi
Tersiram rasa masam stroberi
Ladang ini membentuk aku yang baru
Benarkah?
Kalau benar, kenapa rupaku seperti stroberi busuk?
Stroberi buruk rupa
Aku bahkan lebih buruk ketimbang Iblis
Selalu yakin tak pernah bersujud pada anak debu
Adalah perintah-Nya
Adalah hal benar
Ah… Apa itu kebenaran?
Mencari diriku yang layu,
dalam ratusan hektar ladang stroberi?
Atau hidup bersama ulat daun,
sebagai ‘Si Stroberi Buruk Rupa’?
Ah… Aku tak tahu kebenaran
Ladangku selalu dihujani keragu-raguan
Namun satu hal yang kutahu pasti
Keragu-raguan bukanlah kebenaran
Keragu-raguan bermuara kebuntuan
Baiklah… Akan kurawat ladangku
Karena kebuntuanku adalah inspirasiku
Yogyakarta, April 14th 2016 @ 2nd floor