Oleh : Kartika
Malioboro merupakan kawasan wisata belanja yang menjadi ikon di Kota Yogyakarta. Bisa dikatakan Malioboro menjadi jantung dari kota Yogyakarta. Karena tempatnya yang berdekatan dengan kantor gubernur, DPRD DIY dan Kraton Yogyakarta. Banyak wisatawan dari lokal maupun mancanegara yang mengunjungi Malioboro. Sampai ada julukan yang mengatakan pergi ke Yogyakarta jika tidak menginjakan kaki di Malioboro sama saja belum pergi ke Yogyakarta. Rasanya masih ada yang kurang jika belum mengunjungi Malioboro.
Malioboro sendiri sudah ada sejak masa Kolonial Belanda. Malioboro berkembang pesat pada saat itu karena adanya perdagangan yang terjadi antara pedagang Belanda dengan pedagang Cina. Pedagang Cina menjadikan Malioboro sebagai kanal bisnis mereka. Bahkan hingga kini masih ada perkampungan orang cina. Perkampungan orang cina ini terletak di Jalan Ketandan yang masih berada di wilayah Malioboro.
Dari waktu kewaktu, Malioboro mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan sendiri dilakukan untuk menata Malioboro yang lebih baik untuk kedepannya. Sehingga akan menarik minat wisatawan untuk selalu berkunjung ke Malioboro setiap kali ke Yogyakarta.
Perubahan yang terjadi di Malioboro sangat dirasakan sekali oleh para pedagang, pengunjung maupun pihak keamanan dari Malioboro. Perubahan yang terjadi dimulai dari tata letak parkir dan tempat untuk para pkl-nya. Bisa dikatakan Malioboro yang dulu sangat berbeda dengan Malioboro yang sekarang. Malioboro yang dahulu sangat tidak teratur tempat parkir dan tempat pedagang untuk berjualan. Semua aktivitas dilakukan dipinggir jalan, semuanya sangat tidak teratur. Membuat wisatawan yang berkunjung menjadi kurang nyaman. Dibandingkan sekarang Malioboro sudah lebih tertata rapi, disamping kirinya terdapat banyak tempat duduk, jalan raya yang diberlakukan satu arah, di sisi sebelah kanan untuk parkir andong dan becak. Hal ini juga berpengaruh kepada pendapatan para pedagangnya. Biasanya sehari mendapatkan keuntungan Rp 100.000,- pada hari biasa, sekarang kentungannya yang didapat bisa mencapai Rp 400.000,- pada hari yang dimana sepi pengunjung. Lain halnya jika sedang musim liburan, keuntungan yang didapat bisa mencapai Rp 1.000.000,- per harinya. “ Tata letak Malioboro yang sekarang jauh lebih nyaman dan tertata dibandingkan tata letak yang dulu. Pendapatan juga meningkat dibanding dahulu” Ujar Ardi salah satu pedagang tas rajut di Malioboro.
Hingga saat ini Malioboro terus mengalami perbaikan untuk menunjang wisatawan yang ingin berkunjung ke Malioboro. “Malioboro yang sekarang ini masih dalam tahap perbaikan, dimulai dari menata tempat parkirnya dan nantinya para pedagang juga akan ditata lagi” Ujar Anunggraha, salah seorang pihak keamanan Jogoboro. Perbaikan dan perubahan yang dialami Malioboro ini tentunya bertujuan agar meningkatkan kenyamanan bagi para pengunjung dan pedagangnya. Hal ini juga akan semakin berdampak baik untuk perekonomian warga Yogyakarta.