Berbagi Ilmu Lewat FT Mengajar

(9/11) Pendidikan benar – benar membuat perbedaan besar  diantara manusia. Kata – kata John Locke tersebut mungkin sangat dirasakan kebenarannya saat ini. Orang tua berlomba – lomba untuk memastikan anaknya mendapatkan pendidikan terbaik. Akan tetapi jangan disangka pendidikan hanya diperoleh melalui sekolah formal berbasis akademis yang mengagungkan aspek kognitif. Belakangan ini banyak bermunculan program – program di dunia pendidikan yang menawarkan soft skill. Penggiat kegiatan ini biasanya melakukan pendampingan ke berbagai sekolah formal  sebut saja salah satunya program Indonesia Mengajar.

Program Indonesia Mengajar inilah yang menginspirasi ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, Ficky Fristiar untuk memprakarsai program FT Mengajar. FT Mengajar merupakan gerakan yang menghimpun berbagai organisasi mahasiswa FT untuk berbagi ilmu kepada orang lain. FT Mengajar sendiri berada dinaungan BEM departemen sosial masyarakat ( sosmas ) dan kegiatannya didanai dari pihak dekanat. Ide tersebut tercetus saat melihat kenyataan bahwa di daerah sekitar Yogyakarta sendiri masih ada yang dikenal daerah minim. Selain sebagai bentuk pengabdian seperti termaktub dalam Tridarma Perguruan Tinggi, disadari atau tidak anggota diajak belajar berkomunikasi dan merasakan bagaimana terjun di sekolah mengingat UNY merupakan perguruan tinggi berbasis pendidikan.

Foto bersama dalam agenda FT Mengajar di SD Serut

 Pelaksanaan FT Mengajar saat ini difokuskan di Sekolah Dasar Serut Baru, Gunungkidul. SD tersebut dipilih karena berlokasi di desa binaan BEM FT yang berada dalam kecamatan Gedangsari. Pada awalnya FT Mengajar dijadwalkan untuk berlangsung sebanyak dua kali setiap bulannya namun hingga kini hanya berlangsung sebanyak lima kali. Hal ini dikarenakan berbagai kendala terutama dari ormawa sendiri. Program kerja dari masing – masing ormawa yang lumayan padat membuat pelaksanaan kegiatan ini tersendat. Bahkan penutupan yang semulanya dijadwalkan pada tanggal 2 November harus mundur sampai 23 November 2013.

Ditanya mengenai keterlibatan ormawa, Hanis Yulian selaku koordinator menuturkan bahwa selama ini ormawa cukup aktif. Semua ormawa praktis pernah turun tangan dalam kegiatan ini kecuali Dewan Perwakilan Mahasiswa FT dan UKMF Olahraga. Ormawa FT diberi kewenangan untuk memberikan materi terkait bidang yang digeluti ormawa, misalnya eksperimen ilmiah yang diberikan UKMF Matriks. “ Harapannya setiap periode ada, setiap tahun dilaksanakan. Tiga proker besar kita ada di sana. Harapannya bisa berlanjut menjadi desa binaan.” lanjut Hanis. Tentu saja kemauan diiringi ketulusan untuk berbagi ini patut diapresiasi dan didukung keberlanjutannya, karena mau tidak mau di masyarakatlah kelak dunia kita sebenarnya.

 Oleh Ika Wasdiati

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *