Tim Garuda UNY kembali diundang untuk berkompetisi setelah menyabet gelar juara kategori dalam Evo Pertama di Seoul tahun 2013 lalu. Rencananya, tahun ini Tim Garuda akan berlaga di dua negara, yaitu Korea dan Jepang. Tim yang didominasi mahasiswa otomotif ini dipecah menjadi dua tim. Namun, dalam pengerjaannya Tim Garuda tetap mengerjakan dan merancang mobil bersama-sama, pembagian tim hanya dimaksudkan untuk bertanggungjawab pada masing-masing tim. Tim Garuda dibimbing oleh empat dosen otomotif dan satu dosen jurusan mesin. “Konsep Tim Garuda UNY ada di bawah UKM Rekayasa Teknologi, jadi harus ada anggota dari fakultas lain dari seluruh ranah UNY” ujar Yusuf selaku ketua Tim Garuda Korea.
Kompetisi ini rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 29-30 Mei di Korea, dan tanggal 1-5 September di Jepang. Persiapan mobil garuda untuk berkompetisi sudah dilakukan sejak Oktober tahun lalu, mulai dari Kolom melihat realita beberapa mahasiswa UNY dapat dengan mudah terpengaruh untuk dijadikan pion-pion guna melancarkan faham organisasi ekstra kampus. Proses berdialektika yang merupakan menyelidiki suatu permasalahan dengan membandingkan dua permasalahan sebelum menentukan sikap justru lepas dari pemikiran beberapa mahasiswa. Jadi berpandai-pandailah dalam memilah dan menentukan sikap karena mahasiswa adalah agen intelektual yang menggunakan logika dalam menerima suatu hal guna perubahan yang lebih baik. Jika sekiranya mahasiswa-mahasiswa mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Berani menyatakan benar sebagai kebenaran, salah sebagai kesalahan, dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun. Mobil Garuda Segera Berlaga Proses perakitan mobil garuda pembentukan Tim hingga menentukan target dan tujuan. Hingga saat ini, pengembangan mobil hybird untuk kompetisi di Korea sudah mencapai 50%. Mobil ini mengembangkan teknologi engine sebagai kreatif teknologi. Hal ini sangatlah beralasan mengingat perkembangan sepeda motor di Korea masih terhitung lemah dibandingkan dengan Indonesia.
Namun pada pembuatannya, Tim ini masih terkendala pada pendanaan. Meskipun mendapat dana dari sponsor, rektorat maupun dekanat, pencairan masih belum berjalan mulus . Padahal tuntutan untuk membuat teknologi baru ramah lingkungan memakan dana yang tidak sedikit. “Kalau masalah pendanaan di organisasi memang sudah lumrah, apalagi untuk membuat mobil kan butuh biaya yang besar, kita juga dituntut membuat mobil yang ramah lingkungan untuk menyokong global warming,” tambah Yusuf. [Yani]