Integrated Farming: Pembaruan yang Menjanjikan

Angin segar yang bertiup diiringi meliuknya dahan pohon menciptakan suasana rindang di kebun Deddy Trikuncoro. Kebun yang terletak di Dusun Samberembe, Candibinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta ini menjadi tempat dimana Deddy menggarap pertanian dengan basis Integrated Farming.

Sembari memotret, saya berjalan mengelilingi kebun Deddy. Terlihat banyak sekali tanaman tumbuh seperti selada air, daun bawang, tomat dan beberapa peternakan yang dipelihara seperti kambing, lebah, kelinci dan ikan.

Sebelum fokus kepada lahannya, petani asal Sleman ini pernah menjadi pejabat perbankan pada suatu bank lalu  memutuskan untuk konsisten menggeluti bidang agro. Dia percaya selama manusia membutuhkan makanan, profesi tani masih sangat dibutuhkan. Profesi tani juga mempunyai potensi untuk berkembang besar dan tidak kalah dari profesi lainnya.

“Dengan menjadi petani, saya mungkin bisa jalan-jalan ke seluruh Indonesia ya walaupun belum sampai Aceh atau Papua bahkan ke luar negeri dengan free dan makan juga dapat uang saku. Selain dapat pengalaman dan uang saku, juga bisa masuk TV. Dulu saya bekerja di bank itu ndak bisa masuk TV,” imbuhnya.

Hal ini yang mendorong dia untuk mengajak generasi muda berkecimpung dalam bidang tani.

Bertani Menggunakan Konsep Integrated Farming

Salah satu inovasi yang dilakukan dalam perhelatannya di dunia pertanian adalah sistem pertanian “Integrated Farming” dimana dalam satu ekosistem memiliki jenis konsentrasi yang beragam. Pada dasarnya Integrated Farming memiliki efek yang berkesinambungan dalam proses pertumbuhannya.

Misalnya, jika terdapat sayuran busuk dan kurang layak konsumsi maka sayuran tersebut dijadikan pakan ternak. Dia melihat hal ini lebih efisien, karena  hasil panen tidak terbuang sia-sia dan mampu dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Demo Penolakan Omnibus Law di Magelang Berakhir Damai walau Tak Sesuai Harapan

Tentunya dari segala konsep dan keuntungan tersebut memiliki resiko yang harus diambil. Konsep Integrated Farming memerlukan perawatan yang intens agar tidak ada hama, penyakit serta jamur pada ekosistemnya.

Tiga tahun pertama merupakan masa-masa tersulit, modal yang dibutuhkan belum mencukupi sehingga masih dalam skala kecil. Berkat ketekunan dan konsistensi, sekarang dia telah sukses menjadi seorang petani organik yang sudah mempunyai tiga lahan pertanian yang jika diakumulasikan mencapai kurang lebih lima hektar dan memiliki banyak karyawan.

Bertani juga bisa untuk anak muda

“Kita tahu bahwa saat ini petani-petani yang ada itu umurnya sudah lebih dari 45 tahun dan yang kurang dari itu tuh sedikit sekali. Nah makanya saya mengajak petani-petani muda atau anak-anak muda kembali ke dunia pertanian,” jelasnnya

Deddy sangat ingin merubah stigma masyarakat petani yang dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang. Menurutnya, menjadi petani merupakan suatu profesi yang menantang, karena petani dibutuhkan masyarakat indonesia bahkan di dunia.

Malam di Guyangan, Ketika Tubuh yang Lelah Membutuhkan Cumbuan yang Basah

Hal inilah yang  mendorong dia untuk mengadakan pelatihan bagi anak-anak muda yang berkeinginan tinggi melanjutkan debutnya dalam bidang pertanian. Pelatihan ini bersifat berbayar dengan tujuan peserta yang mengikuti pelatihan ini diharapkan sungguh-sungguh menggeluti dunia pertanian dan dilatih agar menjadi seorang petani yang profesional khususnya dibidang organik. Dia juga terbuka kepada mahasiswa akhir untuk meneliti konsep yang telah dibangunnya.

Dengan adanya konsep yang sudah digagas oleh Deddy, membuktikan bahwa tidak semua profesi yang dianggap sebelah mata oleh masyarakat tidak mampu menghasilkan omzet yang besar. Semua orang memiliki kesempatan untuk sukses apabila dibarengi dengan ketekunan dan konsistensi dari gagasan yang kita punya.

Penulis            : Resti

Penyunting     : Fairuz

0 Responses

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *